Sosok.ID - Indonesia adalah motor utama ASEAN.
Keberadaan Indonesia di Asia Tenggara tak ubahnya gelandang jangkar dalam sepak bola, dimana perannya sangat dibutuhkan tim ketika menyerang maupun bertahan.
Maka tak heran bila saat ini kudeta Junta Militer Myanmar menuntut Indonesia turut andil dalam penanganan masalah ini.
Kondisi politik di Myanmar masih memanas. Di tengah kondisi tersebut, Menteri luar negeri dari junta militer Myanmar dilaporkan menggelar pembicaraan dengan Indonesia dan Thailand.
Agenda dari Wunna Maung Lwin itu terjadi setelah Asia Tenggara berusaha meredam gejolak karena kudeta pada 1 Februari. Keputusan angkatan bersenjata menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan tokoh politik lainnya menuai kecaman internasional.
Adalah juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sanrat, yang membenarkan adanya pertemuan tripartite. Wunna Maung Lwin bertemu saat Menlu Retno juga menggelar pertemuan dengan Menlu "Negeri Gajah Putih", Don Pramudwinai.
"Kami tidak merencanakannya. Tetapi benar (ada pertemuan)," ujar Tanee dalam pesan singkat kepada awak media setempat.
Sumber di Bangkok mengungkapkan, pertemuan antara Don, Retno Marsudi, dan Wunna terjadi atas prakarsa "Negeri Gajah Putih".
Sebelumnya Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha, yang berkuasa pada 2014 juga melalui kudeta, berujar isu Myanmar sudah ditangani kemenlunya.
Prayut mengatakan bahwa dua negara Asia Tenggar itu merupakan "tetangga yang baik", sebelum menolak menjawab lebih lanjut.
DilansirAFPRabu (24/2/2021), sebelumnya KBRI di Yangon harus menghadapi ratusan demonstran, selama dua hari beruntun. Para pengunjuk rasa marah karena Jakarta memertimbangkan negosiasi dengan junta militer, yang secara resmi bernama Dewan Pemerintahan Negara.
Demonstran membawa berbagai spanduk untuk meluapkan kemarahan, seperti "berhenti bernegosiasi dengan mereka", atau "Indonesia, jangan mendukung diktator".
Tatmadaw, nama resmi militer, membenarkan tindakan mereka dengan menyebut Suu Kyi sudah melakukan kecurangan dalam pemilu.
Namun dunia internasional melihatnya sebagai kudeta.(*)
Sumber : Kontan