Bahkan, Miing mendapatkan telepon dari protokol presiden demi menjelaskan lawakan-lawakan yang tak boleh dilontarkan di depan Soeharto.
"Akhirnya kita manggung, gembira? Malah enggak, kita takut, gue lagi siaran ditelepon minta skrip dulu," ucap Miing.
"Enggak ada pak," imbuhnya.
"Oke ambil kertas sama pensil, tidak boleh ini, jangan bicara ini, terserah kalian menterjemahkannya," tandas menirukan pengawal presiden.
"Nyut-nyutan otak gue, dan itu gue ceritain di depan Pak Harto," jelasnya.
Setelah melewati berbagai proses, Miing dan personel Bagito datang ke lokasi.
Di lokasi tersebut, Miing, Didin dan Unang masih harus menjalani protokol keamanan yang ketat.
"Datang ke Balai Sidang, kan ada detektor, pertama kali kita ngalamin detektor hari itu yang dijaga sama paspampres," kata Miing.
"Didin pakai dasi, gue pakai baju anak betawi, Unang jadi preman Jogja, bawa blankon, bawa pakaian Jawa, bawa keris," imbuhnya.