Selain 3 nelayan yang sedang mencari ikan, kesaksian mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air juga disampaikan oleh Amirtang, seorang nelayan di Pulau Lancang.
Amirtang sedang berada di rumahnya di Pulau Lancang. Ia mengaku mendengar suara dentuman keras sekitar pukul 15.00 WIB.
"Dengar suara dentuman keras sekitar jam 3 kurang, dentuman aja gitu," kata Amirtang.
Ia mengatakan cuaca sekitar Kepulauan Seribu saat itu sangat gelap dan hujan, sehingga ia tidak mencari tahu lebih lanjut perihal suara dentuman.
"Di luar gelap sekali waktu itu, dan cuaca hujan, cuman dengan suara dentuman keras," tuturnya.
Sementara, Kasatpol Pulau Pari Maslawi yang sedang bertugas saat itu juga mendengar suara dentuman. Ia juga merasakan ada getaran hingga jendela dan pintu rumah hingga bergetar.
"Ada dentuman keras, sampai jendela dan pintu getar ya, sempat sesaat terasa getaran," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa cuaca hujan dan langit gelap di sekitar Kepulauan Seribu pada saat kejadian.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang setelah dinyatakan hilang kontak.
Basarnas memperkirakan lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 punya kedalaman 20-23 meter.