Mengutip Intisari Online, seorang jurnalis di Die Welt, Gerhard Hegmann menyebut bahwa senjata hipersonik China-Rusia ini adalah bentuk 'ancaman' kepada Eropa.
Menurut Gerhard Hegmann kemampuan dan kekuatan senjata hipersonik nyaris sulit untuk disaingi terlebih lagi dihindari.
"Dengan munculnya senjata hipersonik, rantai peringatan tentang peluncuran rudal dan sistem rudal anti-balistik jadi tak berguna dan waktu untuk bereaksi jadi berkurang secara drastis," kata Gerhard Hegmann seperti yang dikutip Sosok.ID dari Intisari Online, Selasa (29/12/2020).
Menurut Hegmann, ketakutan terhadap persenjataan Rusia ini terlihat jelas di pangkalan militer AS di Ramstein, Jerman.
Hegmann mengatakan pangkalan militer AS bahkan langsung disiagakan ketika Rusia melakukan uji rudal balistik antarbenua (ICBM).
Dikutip Sosok.ID dari Intisari Online, Selasa (29/12/2020) melihat kerjasama Rusia dan China, AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.
Departemen Pertahan AS mengumumkan bahwa di awal tahun ini pihaknya akan mendirikan pangkalan baru guna mengembangkan senjata hipersonik tandingan.
Senjata hipersonik tandingan ini digadang-gadang bakal menyaingi rudal milik Rusia dan China dalam waktu 3 tahun.
Demi mewujudkan hal tersebut, Amerika Serikat juga mengajak Australia untuk mengembangkan hal yang sama.
Menariknya, menurut analis keamanan Jerman, Rusia sama sekali tidak peduli dengan kemajuan persenjataan militer AS.