Padahal harga minyak di pasar global saat ini mengalami penurunan yang imbasnya langsung dirasakan juga oleh menurunnya belanja publik Timor Leste.
Harga minyak telah turun sekitar 40 persen sejak awal tahun tetapi pasar saham global setelah penurunan awal dan rebound cepat belum terlalu terpengaruh oleh Covid-19.
Tetapi, penurunan yang lebih besar tidak dapat dikesampingkan karena krisis masih berlanjut dan potensi risiko yang serius terletak pada penarikan dana pemerintah yang berlebihan dari Dana Perminyakan.
Banyak pengamat memperkirakan bahwa itu bisa habis dalam satu dekade.
Investasi besar dapat dibenarkan jika pengembalian investasi tersebut tinggi.
Namun juga ada dampak lainnya, investasi disalurkan ke dua proyek industrialisasi besar dengan tingkat pengembalian yang sangat tidak pasti.
Pertama, Mari Alkatiri diketahui mengelola kawasan industri di Oecusse, daerah kantong Timor Timur yang terletak di Indonesia tanpa berbatasan dengan bagian lain Timor Leste.
Tak ada alasan kuat untuk mengejar rencana ambisius pemerintah dalam mengembangkan penelitian, pariwisata, keuangan, dan logistik di sana.
Proyek kedua bahkan lebih besar. Klaster industri Tasi Mane di pantai Selatan dipimpin oleh Gusmao, berpotensi menguras Dana Perminyakan.
Rencana awal, cluster petrokimia akan dibangun untuk mengolah gas alam dari Laut Timor.
Diasumsikan bahwa investor swasta akan melengkapi investasi besar pemerintah di pelabuhan, jalan, dan bandara.