Sosok.ID - Sejauh ini sedikit negara saja yang masih mempertahankan tradisi serbuan amphibi dengan Marinir.
Inggris, Prancis, Amerika Serikat (AS), China, Belanda dan Indonesia adalah contoh negara yang masih mempertahankan kegunaan Marinir untuk melakukan serbuan dengan pendaratan amphibi.
Karena selain mahal, melakukan pendaratan amphibi ke pantai musuh juga memiliki resiko kerugian sangat besar.
Marinir AS lantas mencoba mengubah doktrin ini.
Mereka lebih memilih menggunakan Mobile Udara (Mobud) untuk melakukan serangan ke wilayah musuh.
Pikir AS, dengan penggunaan helikopter yang dikawal kavaleri terbang AH-1Z Viper Zulu memungkinkan mereka langsung menyerbu jantung pertahanan musuh.
Cara itu dianggap lebih efektif ketimbang bersusah payah menusuk dari bibir pantai dan baru menyerang ke kedalaman wilayah lawan, hal yang melelahkan dan membuang-buang sumber daya.
Maka jangan heran jika Marinir AS saat ini akan menggunakan Landing Helicopter Dock (LHD) dengan banyak tiltrotor di dek USS Wasp karena mereka memilih cara di atas dari pada dengan tank amphibi.
Kapal perang Amerika Serikat (AS) sekali lagi memasuki Laut China Selatan. Dua kapal perang negeri uak Sam berlayar ke perairan "terpanas" itu pada Minggu (6/12).
Data pelacakan yang South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI), lembagathink thankberbasis di Beijing, rilis menunjukkan, dua kapal perang dari Makin Island Amphibious Ready Group (ARG) Angkatan Laut AS memasuki Laut China Selatan pada Minggu (6/12).
Kapal serbu amfibi USS Makin Island (LHD-8) masuk dari Utara Laut Filipina dan kapal dok pengangkut amfibi USS Somerset (LPH-25) masuk dari Selatan Laut Filipina.
Pergerakan kapal perang negeri uak Sam itu setelah Pentagon mengumumkan Penjabat Sementara Menteri Pertahanan Christopher Miller pada Sabtu (5/12) berangkat ke Indonesia, Filipina, dan Markas Komando Indo-Pasifik AS.
AS pertahankan kehadiran militer di Laut China Selatan
Menurut Li Jie, pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, AS saat ini bertujuan untuk menjaga postur pencegah militer terhadap China dalam 50 hari terakhir"AS akan mempertahankan kehadiran militer di Laut China Selatan dan Selat Taiwan untuk waktu yang lama," kata Li kepadaGlobal Times, Senin (7/12).
Data Kementerian Luar Negeri China memperlihatkan, pesawat militer AS melakukan lebih dari 2.000 penerbangan di atas Laut China Selatan pada paruh pertama 2020.
Lalu, hingga pertengahan Oktober, kapal perang AS telah berlayar melalui Selat Taiwan sebanyak 10 kali, mengacu catatan publik dari otoritas pertahanan Taiwan.
Kehadiran kapal perang AS di Laut China Selatan sekali lagi menunjukkan, AS adalah perusak perdamaian dan stabilitas regional, Zhang Junshe, peneliti senior di Institut Penelitian Studi Militer Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Asia (PLA), mengatakan kepadaGlobal Times.
Zhang memperkirakan, AS kemungkinan besar akan melakukan latihan amfibi di Laut China Selatan dan mobilisasi pasukan antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Bergolak lagi, dua kapal perang AS memasuki Laut China Selatan"