Menurut analisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan Timor-Leste terbaru, pemuda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun merupakan 20 persen dari total populasi pada 2015.
Ironisnya, laporan dari Sensus Analisis Angkatan Kerja menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kelompok pemuda pada 2015 mencapai 12,3 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 4,8 persen.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula risiko menganggur.
Persentase pengangguran pada kaum muda yang tidak berpendidikan atau nonformal adalah di bawah 10 persen.
Sementara pemuda yang tamat sekolah menengah, persentase penganggurannya adalah 18 persen.
Ironisnya, persentase penganggutan pemuda yang lulus perguruan tinggi adalah 20 persen.
Sementara itu, Sensus Laporan Analisis Pendidikan melaporkan bahwa pemuda yang tidak bekerja dan tidak berpendidikan atau tidak memiliki pelatihan persentasenya adalah 27,7 persen.
Ironisnya lagi, sebanyak 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.
Tingginya angka pengangguran di Timor Leste setidaknya disebabkan dua hal yakni kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Tidak adanya pekerjaan bagi kaum muda telah banyak diberitakan di media Timor Leste dan disoroti oleh organisasi masyarakat sipil.