Kepada South China Morning Post dia mengaku "terkejut" saat mengetahui bahwa pemerintah Kim "memberikan makanan atau obat-obatan yang sangat sedikit atau tidak sama sekali kepada mereka yang ditempatkan di sana".
"Jadi, hidup atau mati pasie tergantung pada keluarga mereka yang diam-diam mengantar makanan dan obat-obatan ke kamp."
Tapi, menurut sumber yang memberi tahunya, obat-obatan yang dikirim keluarga pasien hanyalah obat herbal rumahan.
Menurut informasi dari sumber itu, katanya, sudah banyak pasien yang meninggal dunia di kamp tersebut.
Sementara itu, pendeta David Lee, yang membantu para pembelot Korea Utara di Seoul mengatakan, Covid-19 telah dianggap remeh oleh rezim Kim.
Mereka menganggap virus corona sebagai "penyakit hantu", sementara para pejabat kahwatir karena tidak memiliki sistem yang bisa melacak penyakit tersebut.
Dia menggambarkan sudah banyak pasien yang menunjukkan gejala sedang "ditampung di rumah mereka" dan dibiarkan kelaparan.
Dalam acara peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh Korea Utara bulan lalu, Kim Jong Un mengucapkan terima kasih kepada ribuan tentara karena membantu negara mencegah virus tersebut masuk ke negaranya.
Dia kembali menegaskan bahwa tidak ada satu warga pun yang terinfeksi virus corona.
Benar atau tidaknya klaim tersebut, perekonomian Korea Utara semakin terpuruk sejak menutup perbatasannya.