"Dua hari kemudian, sudah berada pada siklus ke-17 yang sebuai dengan titer virus yang tinggi.
Parahnya, serangan kedua Covid-19 lebih buruk dari yang pertama.
Chepurnov bahkan harus menjalani rawat inap setelah saturasi oksigennya turun di bawah 93 persen.
Dia mengalami demam lebih dari 39 derajat Celcius selama lima hari berturut-turut, kehilangan indra penciumannya, persepsi rasa berubah dan pneumonia ganda.
Untungnya cobaan itu berlalu agak cepat karena setelah dua minggu Chepurnov sudah sembuh total dari virus corona.
Namun, hasil eksperimen yang mengancam nyawanya itu membuat peneliti Rusia cemas.
Mereka kini percaya bahwa tidak akan ada kekebalan kolektif terhadap virus SARS-CoV-2.
"Kami membutuhkan vaksin yang dapat digunakan berkali-kali, vaksin rekombinan tidak akan cocok," kata Chepurnov kepada media Rusia.
"Setelah disuntik dengan vaksin berbasis vektor adenoviral, kami tidak akan dapat mengulanginya karena kekebalan terhadap pembawa adenoviral akan terus mengganggu."