Menurut Pashinyan, konflik terbaru ini merupakan bukti "masuknya kelompok teroris dari Timur Tengah", dan menyatakan pasukannya menggelar operasi kontra-terorisme.
Ankara dituding sudah mengerahkan tentara bayaran ke zona konflik, di mana Presiden Perancis Emmanuel Macron menyebut mereka sudah kelewatan.
Apalagi, Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam wawancara dengan media Rusia RIA membenarkan ada milisi dari negaranya yang tiba di Karabakh.
Yerevan juga menuduh militer Turki sudah terlibat secara langsung, di mana jet tempur F-16 dilaporkan menembak jatuh pesawat mereka.
Sejauh ini, Ankara sudah membantah tudingan tersebut dengan Yerevan sendiri tidak memberikan bukti mengenai klaim yang mereka ajukan.
"Kebijakan genosida Armenia"
PM Nikol Pashinyan melanjutkan, keterlibatan Ankara di Nagorno-Karabakh dia anggap merupakan bagian dari kebijakan untuk "membumihanguskan bangsanya".
"Turki memutuskan kembali ke Kaukasus Selatan dengan tujuan melakukan genosida terhadap rakyat kami," jelas PM berusia 45 tahun itu.
Pada Perang Dunia I, lebih dari 1,5 juta etnis Armenia tewas karena perbuatan Ottoman, dengan 30 negara sepakat menyebutnya pembunuhan massal.
Ankara jelas meradang dan menyanggah label tersebut, di mana mereka mengeklaim pihak mereka juga menjadi korban dalam konflik itu.