"Saya enggak akan bisa ngada-ngada kalau bukan anak kandung saya," ucap Ipah Saripah dilansir dari KH Infotainment, Sabtu (15/8/2020), dikutip dari TribunnewsBogor.com.
"Saya hamil, saya punya suami dicerai, sayanya lagi hamil. Saya orang miskin, saya enggak bisa menghidupi anak saya. Itu (yang mengadopsi Nadya) masih keluarga juga," katanya.
Nadya kemudian diadopsi sejak usia 6 hari atas permintaan keluarganya, Ipah pun bersedia, mengingat ia memiliki keterbatasan ekonomi.
"Diambil dari (usia Nadya) 6 hari. Jadi bukan saya yang kasih, saya ke rumah orang untuk ngasih. Cuma keluarga yang ambil ke rumah (bilang mau) mengurusi (Nadya)," ungkap Ipah Saripah.
Sejak ikut dengan orang lain, Nadya dan Ipah masih kerap berkomunikasi satu sama lain.
Hingga pada akhirnya di tahun 2015, hubungan keduanya sebagai ibu dan anak mulai menjauh.
Hal itu terjadi ketika Nadya datang minta kepada Ipah untuk dibelikan ponsel.
Namun Ipah mengaku terlalu miskin untuk mampu membelikannya smartphone, sehingga Nadya merajuk, dan memblokir nomor hp Ipah.
"Saya kerja di sini, di Bandung. Gaji saya cuma Rp 1 juta per bulan. Nadya datang, katanya mau minta hp," cerita Ipah Saripah.
"(Ibu kandung bilang) 'Aduh kalau mau minta hp (uang) dari mana? Sedangkan hp kan enggak bakalan bisa murah. Saya punya anak kecil juga, uang segitu dibagi-bagi, buat makan," lanjutnya.