Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sebut Istana Buta Demokrasi, Rocky Gerung: Idul Adha Ayah Korbankan Anak atas Perintah Tuhan, Kalau Gibran Dikorbankan karena Ambisi Jokowi

Rifka Amalia - Sabtu, 01 Agustus 2020 | 19:35
Rocky Gerung sebut majunya Gibran dan Bobby di Pilkada 2020 sebagai korban dari ambisi Jokowi
Tribunnews

Rocky Gerung sebut majunya Gibran dan Bobby di Pilkada 2020 sebagai korban dari ambisi Jokowi

Sosok.ID - Rocky Gerung, menyoroti majunya putra sulung serta menantu orang nomor satu di Indonesia ke pilkada 2020 sebagai ambisi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Seperti diketahui, putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka diusung oleh PDIP untuk maju dalam pencalonan Wali Kota Solo Desember mendatang.

Sementara menantu Jokowi, Bobby Nasution diusung Partai Gerindra untuk maju dalam pilkada Medan memperebutkan kursi Wali Kota.

Akademisi Rocky Gerung menyoroti majunya Gibran dan Bobby adalah bagian dari rencana Jokowi.

Baca Juga: Gara-gara Pakai Kemeja Tim Pemenangan Gibran, Anggota DPRD Fraksi PKS Dicopot dari Jabatannya

Rocky menyebut Jokowi sengaja mengorbankan keluarganya agar duduk di kursi pemerintahan.

"Kalau dalam agama (Islam) kemarin kan Hari Raya Kurban ya. Dalam tradisi agama, ayah mengorbankan anaknya karena perintah Tuhan."

"Nah di sini ayah mengorbankan anaknya karena perintah dirinya sendiri," kata Rocky Gerung, dikutip dari Pos Kupang.

"Jadi ambisi si ayahnya lah yang sangat mungkin mengorbankan anaknya di Solo dan menantunya di Medan. Bukan karena perintah Tuhan," lanjutnya.

Baca Juga: Bertentangan dengan Sikap Partai, Anggota DPRD Fraksi PKS Justru Pakai Baju Tim Sukses Gibran saat Rapat Paripurna, Begini Nasibnya Sekarang!

Rocky pun mencoba mengurai pola perpolitikan yang terjadi di Indonesia saat ini.

Menurutnya, orang yang saat ini duduk di kursi keprisedanan tak paham dengan maksud demokrasi.

"Kita masuk ke dalam perhubungan nasib demokrasi. Jelas presiden Jokowi tiba ketika Indonesia sudah menjalankan demokrasi, yaitu kompetisi," ujar Rocky Gerung.

"Tapi presiden, stafnya, buzzernya, purnakawannya terus menyuarakan bahwa ini kompetisi," katanya.

Baca Juga: Gara-gara Nyemplung ke Politik Jokowi Jadi Dituduh Macam-macam, Gibran Tegas: Tidak Wajib Milih Saya!

Alih-alih bebas berkompetisi, kata Rocky, demokrasi lebih mengedepankan untuk jangan menghalangi kompetisi bebas, dan bukan malah melibatkan kekuasaan di dalamnya.

"Prinsip demokrasi itu jangan halangi kompetisi bebas, bukan bebas berkompetisi. Menghalangi kompetisi dengan kekuasaan itu bertentangan dengan demokrasi," tegas Rocky Gerung.

Tak tanggung-tanggung, Rocky menyebut Istana buta dengan pemahaman demokrasi.

"Terus menerus diucapkan di tlakshow kan ini kompetisi. Kacau karena kehilangan akal untuk membenarkan sesuatu di depan mata kalau itu salah," tegasnya.

Baca Juga: Mau Gibran Menang atau Kalah, Rakyat Tetap Anggap Jokowi Salah, Pengamat: Bagaimana pun Ini Sangat Menarik

Pria yang dikenal vokal mengkritisi pemerintahan ini menyebut, tindakan-tindakan Jokowi saat ini sedang menenggelamkan demokrasi itu sendiri.

"Bangsa ini sedang ditenggelamkan oleh Presiden Jokowi dalam hal demokrasi. Udahlah kalau tenggelam secara ekonomi karena salah kebijakan."

"Ada faktor yang tidak dihitung, force major. Covid tidak terduga. Tetapi demokrasi harus dihitung dengan menyediakan wahana demokrasi. sekarang wahana itu dia tutup," papar Rocky Gerung.

Diberitakan sebelumnya, majunya Gibran Rakabuming Raka digaungkan sebagai upaya Jokowi dalam membangun dinasti politik.

Baca Juga: Gibran Nyalon Wali Kota Bukan karena Dinasti Politik, Hanya Kebetulan Bapaknya Presiden, PDIP: Penentuan Akhir Ada di Rakyat

Melansir Kompas.com, pendapat itu dikemukakan oleh pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin.

"Bisa dikatakan Jokowi sedang membangun dinasti politik. Mungkin mumpung sedang jadi Presiden, sedang punya kekuasaan, akhirnya dorong anaknya jadi wali kota," kata Ujang kepada Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).

Saat dikonfirmasi oleh wartawan, Gibran menegaskan bahwa pencalonannya tak berkaitan dengan dinasti politik.

Menurutnya, publik memeiliki hak penuh untuk memilih atau tidak memilih dirinya.

Baca Juga: Petingginya Nyinyir di Medsos Soal Pencalonan Gibran, PDIP Ingatkan Demokrat agar Berkaca: Ibarat Menepuk Air di Dulang, Terpercik Muka Sendiri

"Jadi ya saya kan ikut kontestasi bisa menang bisa kalah, bisa dicoblos atau tidak, tidak diwajibkan memilih saya, bisa dipilih bisa tidak."

"Ini kan kontestasi bukan penunjukkan jadi yang disebut dinasti politik itu dimananya?" ungkap Gibran beberapa waktu lalu, dikutip dari Kompas.com. (*)

Source :Kompas.com pos kupang

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x