Persaingan AS-China pecah menjadi perang kata-kata setelah sebuah studi yang didanai Washington pada bulan April 2020 lalu menyimpulkan bahwa bendungan-bendungan China menahan air selama kekeringan tahun lalu.
Penelitian oleh Eyes on Earth, sebuah perusahaan riset dan konsultan yang berbasis di AS yang berspesialisasi dalam air, membangun sebuah model prediksi berdasarkan pencitraan satelit dan data MRC yang dikatakannya menunjukkan air yang hilang di hilir, mulai sekitar 2010.
Duta Besar AS untuk Kamboja Patrick Murphy mengatakan dia “cukup terkejut” pada temuan yang jelas itu.
"Untuk mengetahui bahwa sumber utama untuk tingkat Mekong yang berkurang, dan perubahan Mekong di wilayah Mekong Bawah, adalah apa yang terjadi di hulu di China dengan dasarnya penimbunan air," kata Murphy.
China marah dengan tudingan itu dan Kedutaan Besar China di Thailand mengecam studi tersebut sebagai "bermotivasi politik, yang bertujuan menargetkan China dengan niat buruk".
Pekan lalu, Global Times China menerbitkan sebuah artikel tentang studi Cina yang membantah laporan Eyes on Earth.
“Bendungan sungai di China membantu meringankan kekeringan di sepanjang Lancang-Mekong," demikian judul di surat kabar yang diterbitkan People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.(*)
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Kontan dengan judul "Setelah Laut China Selatan, AS kini berkonflik dengan China di Sungai Mekong"