Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Babak Baru Konfrontasi Amerika - China, Sungai Mekong Jadi Arena Baku Hantam Selanjutnya

Seto Ajinugroho - Sabtu, 25 Juli 2020 | 21:13
Babak Baru Konfrontasi Amerika - China, Sungai Mekong Jadi Arena Baku Hantam Selanjutnya
China MILITARY

Babak Baru Konfrontasi Amerika - China, Sungai Mekong Jadi Arena Baku Hantam Selanjutnya

Sosok.ID - Nampaknya Perang Dunia III sedang 'dirancang' Amerika Serikat (AS) dan China.

Dimana-mana di segala lini, Beijing-Washington saling sikut.

Jika sampai bentrokan bersenjata terjadi maka akan banyak negara terseret kedalam ranah pertempuran.

Kini sungai Mekong jadi arena baru keduanya.

Baca Juga: Dibagi Link Biru dari Saudara, Pria Ini Syok Temukan Tunangannya sedang 'Icikiwir' dengan Cowok Lain, Pamitnya Belajar malah Part Time Bintang Film Dewasa

Setelah Hong Kong dan Laut China Selatan, Sungai Mekong bakal menjadi arena baru dalam persaingan antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Para aktivis lingkungan dan sejumlah pejabat mengatakan, China menyalip AS dalam pengeluaran dan pengaruhnya terhadap negara-negara hilir berkat kekuasaannya atas perairan Sungai Mekong.

Reutersmelaporkan, ini adalah konfrontasi di mana pemerintahan Donald Trump yang mempertahankan dana untuk program lingkungan dan pengembangan saat era Barack Obama di hulu Mekong Bawah, mulai kehilangan arah.

Konflik kedua negara baru-baru ini pindah ke ranah sains. Pemerintah AS dan China masing-masing menggembar-gemborkan laporan yang berbeda tentang apakah 11 bendungan China di sungai merugikan negara-negara di hilir.

Baca Juga: Niatnya Hanya Cari Bocah 2 Tahun yang Hilang di Pasar, Polisi Justru Temukan Markas Penculik Tempat 23 Anak Dijadikan Budak oleh Tiga Wanita

Bendungan-bendungan China telah memberinya kendali luas atas perairan yang mengalir ke Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam, yang telah lama bergantung pada sungai untuk pertanian, perikanan, dan semakin banyak untuk tenaga air di Laos.

Kontrol itu memungkinkan Cina untuk menetapkan agenda pembangunan yang terkait dengan jalur air, dan mengecualikan AS dari peran setelah berpuluh-puluh tahun mempromosikan proyek-proyek Mekong sebagai cara untuk mengerahkan pengaruhnya di wilayah tersebut.

"Ini menjadi masalah geopolitik, seperti Laut China Selatan, antara AS dan China," kata Witoon Permpongsacharoen dari Mekong Energy and Ecology Network.

Negara-negara yang dilalui Sungai Mekong mengandalkan sungai ini. Sebab, sekitar 60 juta orang bergantung pada aliran sungai ini untuk bertani dan memancing.

Sungai Mekong mengalir dari China melalui Asia Tenggara sebelum bermuara di laut dari delta Vietnam.

Baca Juga: Ada yang Terkapar dan Darah Mengucur dari Kepala, Video Detik-detik Pesawat Penumpang Milik Iran Hampir Ditabrak Jet F-15 AS Tersebar, Begini Videonya!

Tahun lalu, Sungai Mekong mengalami kekeringan dengan tingkat sungai Mekong terendah dalam beberapa dekade.

Seorang duta besar AS di wilayah tersebut menggambarkan China sebagai "menimbun" air di 11 bendungannya di bagian atas dari sungai sepanjang 4.350 km (2.700 mil), dan merusak mata pencaharian jutaan orang di negara-negara hilir.

China juga telah meningkatkan kegiatan kelompok Kerja Sama Lancang Mekong (LMC), sebuah badan antar pemerintah yang relatif baru sebagai upaya untuk mengesampingkan Komisi Sungai Mekong (MRC) yang sudah ada sejak 25 tahun lalu.

MRC melacak asal-usulnya kembali ke upaya AS untuk mempromosikan pembangunan selama Perang Dingin. MRC bekerja sama dengan pemerintah Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam untuk mendorong pembagian dan pembangunan berkelanjutan dari sungai dan sumber dayanya.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada Reuters, tudingan AS bahwa Beijing mencoba mengambil alih pembicaraan Mekong tidak berdasar.

Baca Juga: Sengaja Dibiarkan Mati Perlahan di Antara Tumpukan Sampah, Anjing Malang Dibuang ke Tong Sampah Gegara Sakit Parah, Begini Nasibnya Sekarang

"Negara-negara di luar kawasan itu harus menahan diri untuk tidak menimbulkan masalah," kata kementerian itu.

Persaingan AS-China pecah menjadi perang kata-kata setelah sebuah studi yang didanai Washington pada bulan April 2020 lalu menyimpulkan bahwa bendungan-bendungan China menahan air selama kekeringan tahun lalu.

Penelitian oleh Eyes on Earth, sebuah perusahaan riset dan konsultan yang berbasis di AS yang berspesialisasi dalam air, membangun sebuah model prediksi berdasarkan pencitraan satelit dan data MRC yang dikatakannya menunjukkan air yang hilang di hilir, mulai sekitar 2010.

Duta Besar AS untuk Kamboja Patrick Murphy mengatakan dia “cukup terkejut” pada temuan yang jelas itu.

Baca Juga: Sengaja Dibiarkan Mati Perlahan di Antara Tumpukan Sampah, Anjing Malang Dibuang ke Tong Sampah Gegara Sakit Parah, Begini Nasibnya Sekarang

"Untuk mengetahui bahwa sumber utama untuk tingkat Mekong yang berkurang, dan perubahan Mekong di wilayah Mekong Bawah, adalah apa yang terjadi di hulu di China dengan dasarnya penimbunan air," kata Murphy.

China marah dengan tudingan itu dan Kedutaan Besar China di Thailand mengecam studi tersebut sebagai "bermotivasi politik, yang bertujuan menargetkan China dengan niat buruk".

Pekan lalu, Global Times China menerbitkan sebuah artikel tentang studi Cina yang membantah laporan Eyes on Earth.

“Bendungan sungai di China membantu meringankan kekeringan di sepanjang Lancang-Mekong," demikian judul di surat kabar yang diterbitkan People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.(*)

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Kontan dengan judul "Setelah Laut China Selatan, AS kini berkonflik dengan China di Sungai Mekong"

Source : kontan

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x