"Kalau menang, bagaimana sentimen atau prasangka yang dianggap presiden berkuasa, ada hal yang tidak normal," ungkapnya.
"Kalau kalah, mau ditaruh di mana wibawa atau citra presiden, jadi ini menjadi buah simalakama, menang menjadi masalah, ketika kalah nanti juga ada masalah," lanjut Pangi.
Harus Ada Lawan Tanding
Lebih lanjut, Pangi menyebut ada cara menyelamatkan citra presiden dalam Pilkada Solo.
"Mestinya harus ada lawan tanding walaupun tidak akan sebanding, tidak kotak kosong," ungkapnya.
Menurut Pangi, jika Gibran melawan kotak kosong, sentimen atau citra presiden menjadi berat.
"Sehingga cara untuk menyelamatkan muka presiden adalah harus ada lawan," kata Pangi.
Pangi mengungkapkan, tidak adanya lawan Gibran-Teguh dari partai politik lain memanglah bukan kesengajaan.
"Sebenarnya presiden tidak juga mendesain kotak kosong atau PDIP di Solo tidak mendesain itu, tetapi secara alamiah mental orang down duluan untuk bertanding melawan Gibran," ujarnya.
Pangi menyebut, secara minimalist winning coallition tidak ada yang terpenuhi.