Keluarga Ai memutuskan tak bakal melaporkan temannya ke polisi meski mereka sudah mengakui kesalahan dan menyumbang 6.000 yuan (Rp 12,5 juta) demi biaya pengobatan.
Tradisi "prank" di hari pernikahan sudah berlangsung selama ribuan tahun dan awalnya bertujuan untuk mengusir roh jahat.
Praktik itu terbilang populer karena menciptakan suasana gembira meski pada perkembangannya menjadi sangat memalukan hingga berujung adanya korban luka.
Dalam banyak kasus, seringkali pasangan baru dan orangtua mereka seringkali menjadi target lelucon dengan diminta mengenakan kostum memalukan. (Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Lari dari "Prank" Temannya, Seorang Pengantin Pria Ditabrak Mobil
(*)