Sosok.ID - Dewasa ini, media sosial sedang marak digunakan. Salah satunya untuk hal-hal positif.
Banyak orang baik yang menggalangkan dana untuk membantu sesama masyarakat yang kesulitan.
Namun sayangnya, tidak semua orang jujur dalam bertindak.
Sebuah kisah pilu datang dari Boyolali, Jawa Tengah.
Kinem, seorang ibu penderita kanker yang tinggal di Kecamatan Wonosamudro, Boyolali, Jawa Tengah ini sudah belasan tahun menderita sakit kanker.
Mengutip Kompas.com, Kinem dan suaminya, Nursam, mengaku kerap didatangi donatur yang seolah hendak memberikan bantuan.
Bagaimana tidak, Nursam dan Kinem diminta untuk berfoto dengan kertas bertuliskan "penerima bantuan".
Tak tanggung-tanggung, nominal rupiah dalam tulisan tersebut juga cukup besar, yakni senilai jutaan rupiah.
Sayangnya, mereka hanya sekedar berfoto dengan kertas, tanpa pernah benar-benar menerima bentuk fisik dari uangnya.
"Saya dan istri hanya diminta pegang kertas yang ada tulisan nominal uangnya, lalu di foto-foto," kata Nursam.
"Tetapi, uang tidak pernah saya terima," lanjutnya.
Meski hanya diberi janji palsu, Nursam mengaku tak sakit hati.
Sebaliknya, dirinya berharap suatu saat dapat benar-benar menerima bantuan untuk membantu pengobatan istrinya.
"Tidak apa-apa, saya hanya berdoa agar istri segera sembuh," katanya.
Menurut Nursam, bantuan yang hanya tertera pada kertas itu jika dijumlah cukup banyak.
"Bantuan yang tak sampai itu cukup banyak, ada yang Rp 10 juta, Rp 30 juta, Rp 25 juta. Saya tidak terima uangnya, hanya kertas yang masih tersimpan," kata Nursam.
Adapun sang istri telah menderita penyakit kanker sejak 2009 silam.
Selama 11 tahun tersebut sebuah benjolan di dagu Kinem kian membesar.
Karena terletak tepat di bawah bagian mulut, Kinem menjadi susah berbicara dan makan.
Lidahnya bagkan terjulur keluar dan giginya rontok karena kanker di dagunya.
"Untuk makan dan berbicara susah," jelas Kinem saat ditemui di rumahnya, Dusun Gilirejo, Desa Gunungsari, Jumat (17/7/2020).
Nursam mengatakan, istrinya sudah beberapa kali dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.
Terakhir, ia membawa Kinem ke RSUD Moewardi Solo, dan menginap selama 14 hari.
Namun menurut Nursam, tidak ada tindakan medis yang dilakukan saat itu.
Kinem gagal menjalani prosedur operasi karena kondisi tubuhnya terlalu lemah untuk dibedah.
"Hanya tiduran di kamar, tidak jadi dioperasi karena kondisi drop," ungkapnya.
Dengan kondisi sang istri yang demikian, Nursam yang bekerja secara serabutan pun pasrah.
Ia mengaku kesulitan untuk kembali memeriksakan kondisi Kinem.
Terlebih saat ini, ia juga harus merawat kelima anaknya yang masih kecil. (*)