Sosok.ID - China memerlukan strategi matang untuk melawan Amerika Serikat (AS).
Matang dan struktur jika mereka tak mau digebuk habis-habisan oleh militer Paman Sam.
Karena China sadar jika Head To Head melawan AS ialah tindakan bodoh yang akan berujung pada kekalahan.
Hubungan antara China dengan Amerika mengalami kemunduran yang sangat dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah pakar menilai, hubungan bilateral kedua negara telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Melansir South China Morning Post, beberapa waktu lalu, pemerintahan Trump telah mengancam untuk membatalkan kesepakatan perdagangan fase satu dan meningkatkan pemberlakuan tarif terhadap China.
Amerika juga terus mendorong teori-teori yang menyatakan bahwa virus corona adalah buatan manusia yang bocor dari laboratorium di kota Wuhan.
Sebagai balasan, media pemerintah China dan sejumlah diplomatnya di beberapa negara telah meningkatkan serangan melalui media sosial kepada tokoh-tokoh politik AS.
Analis memperingatkan, "perang dingin" baru sudah terjadi dan banyak hal bisa menjadi lebih buruk ketika negara-negara lain ikut terseret ke dalam konflik.
“Segala sesuatu akan menjadi lebih buruk, mungkin jauh lebih buruk, sebelum menjadi lebih baik. Fenomena ini sedang berlangsung,” jelas Dan Ikenson, direktur Herbert A. Stiefel Center untuk Studi Kebijakan Perdagangan di Cato Institute, merujuk pada perpecahan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Dia juga menambahkan, Beijing juga bisa memulai menargetkan sekutu Amerika, karena memulai apa yang oleh para analis disebut "diplomasi prajurit serigala." Namanya diambil dari serangkaian film yang sangat populer di mana pejuang China mengalahkan musuh secara global.
Baru-baru ini, situasi meningkat setelah China mengusulkan undang-undang keamanan baru untuk Hong Kong, wilayah China semi-otonom yang memiliki hubungan perdagangan khusus dengan AS.
Presiden Amerika Donald Trump dengan cepat mengumumkan bahwa AS akan mencabut status preferensi kota. "Hong Kong tidak lagi cukup otonom untuk menjamin perlakuan khusus yang telah kami berikan pada wilayah itu sejak negara kota bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke China pada 1997," katanya seperti yang dikutip dari CNBC.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Christopher Granville dari perusahaan riset TS Lombard. Dia menyebut kejadian yang muncul baru-baru ini sebagai ketegangan "Perang Dingin 2.0".
Menurutnya, ketegangan ini kemungkinan akan dihadapi dengan diplomasi ala prajurit serigala karena dianggap penghinaan terhadap legitimasi sistem China.
Granville mengatakan dalam sebuah catatan, beberapa dari taktik itu sudah berlangsung. Sebagai contoh, China menghentikan sementara impor daging sapi dari Australia setelah Negeri Kanguru itu menyerukan penyelidikan global tentang asal-usul virus corona.
"Diplomasi prajurit serigala adalah pendekatan baru Tiongkok yang dilarang berlaku di dunia luar," tambah Edward Lucas dari Pusat Analisis Kebijakan Eropa dalam sebuah catatan bulan lalu.
Dia menambahkan: “Serangan balik terhadap diplomasi Wolf Warrior sedang tumbuh. Tiongkok memicu kemarahan di Australia, Kanada, Jerman, Belanda, dan Swedia - jika mengambil beberapa contoh baru-baru ini.”
Semakin memburuk
Sejumlah analis menilai, hubungan China dan AS semakin memburuk. "Amerika Serikat dan China sebenarnya berada di era Perang Dingin yang baru," kata Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China dan penasihat Dewan Negara Tiongkok seperti yang dilansir dari South China Morning Post.
Dia menambahkan, “Berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, Perang Dingin baru antara AS dan China memiliki kompetisi penuh dan perputaran cepat. Hubungan AS-China tidak lagi sama dengan beberapa tahun yang lalu, bahkan tidak sama dengan beberapa bulan yang lalu.”
Saat retorika tentang "Perang Dingin baru" adalah pokok pembicaraan yang umum di Washington, namun kata-kata itu jarang digunakan di depan umum oleh para penasihat dan pakar politik luar negeri China. Bagaimanapun, Perang Dingin yang asli berarti akhir dari Uni Soviet dan menghasilkan Amerika Serikat sebagai pemenangnya. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul"Analis: Taktik prajurit serigala China bisa ikut menyeret sekutu AS ke Perang Dingin"