Ia lantas kembali ke China dan bergabung dengan Partai Komunis China (PKC) yang berpusat di Wuhan serta Shanghai.
Ternyata lawan Deng bukan hanya kekaisaran China saja, ia juga harus menyingkirkan gerakan nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek.
PKC menang dalam perang saudara melawan Kuomintang hingga Deng mendapat nilai lebih di mata Mao Zedong sebagai tokoh yang setia pada Maoisme.
Namun semuanya berubah ketika Mao Zedong melancarkan Revolusi Budaya 1966-1976.
Revolusi Budaya sendiri ialah gerakan sosiopolitik dimana Mao ingin menyajikan ideologi Komunis yang benar menurut versinya untuk menyingkirkan sisa-sisa kapitalis di China.
Baca Juga: Rusia Mulai Proses Produksi Sukhoi Su-35, untuk Indonesia?
Revolusi itu juga membabat musuh-musuh politik Mao yang salah satunya ialah Deng karena menentang gerakan Revolusi Kebudayaan.
Sebab Revolusi Kebudayaan membuat perekonomian, politik dan tatanan sosial China mundur ke zaman batu.
Bayangkan rakyat disana saat itu untuk membeli bahan makanan utama berupa daging bebek dan babi saja tidak mampu.
Lahan untuk petani juga disita negara dan hanya Pusat saja yang memutuskan petani boleh menanam tanaman tertentu.
Deng saat Revolusi Kebudayaan tersebut bahkan mendapat penyerangan dari pendukung radikal Mao Zedong yang menamai dirinya Garda Merah/Pertahanan Merah.