Sosok.ID - Dunia kini seperti setengah lumpuh lantaran wabah penyakit yang berasal dari virus corona.
Bahkan sampai detik ini banyak negara tengah berperang melawan virus yang telah dinyatakan sebagai pandemi ini.
Banyak ilmuwan baik swasta maupun dari pemerintah di berbagai belahan dunia sedang berlomba-lomba.
Bukan berlomba di sebuah turnamen ilmiah melainkan para ilmuwan sedang berusaha mencari obat dan vaksin corona.
Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk menyudahi wabah penyakit yang dimulai dari Wuhan, China ini.
Meskipun sampai detik ini belum ada kabar mengenai penemuan obat atau vaksin yang mujarab, tapi ada kabar gembira yang tersiar dari ilmuwan dunia.
Secercah harapan pun muncul saat peneliti di salah satu universitas ternama di dunia menemukan fakta baru mengenai virus corona.
Para peneliti dari Arizona State University mengungkap penemuan baru mengenai virus yang menyerang pernafasan manusia ini.
Hal itu diungkap oleh peneliti dalam sebuah hasil penelitiannya belum lama ini.
Mereka menyebutkan virus corona yang sedang mewabah telah mengalami mutasi.
Namun mutasi yang terjadi pada virus tersebut bukan semakin berbahaya melainkan sesuai hasil penelitian mereka virus semakin melemah.
Melansir dari Express UK, para peneliti ini mengidentifikasi virus corona kian hari kian melemah.
Baca Juga: Melebihi PDB Indonesia, Sebab Inilah Buat China Gatal Kuasai Laut Pasifik Selatan
Hal itu lantaran berkaca dari peristiwa wabah virus SARS pada tahun 2003 silam.
Apa yang terjadi 17 tahun silam tersebut berdampak pada kemampuan virus menjangkit kekebalan tubuh manusia saat ini.
Setali tiga uang, kabar baik mengenai sinyal akan segera berakhirnya pandemi tersebut juga dijelaskan oleh mantan Direktur WHO Cancer Programe.
Profesor Karol Sikora menulis cuitan di Twitter yang menuturkan bahwa mutasi yang melemah adalah awal dari wabah virus corona akan berakhir, @profkarolsikora.
"Para ilmuwan di Arizona telah mendeteksi mutasi dalam sampel virus corona.
"Jangan khawatir, itu telah kehilangan sebagian potensinya.
"Ketika ini terjadi dalam wabah SARS, itu menandai awal dari akhir," tulis Karol Sikora.
Meski begitu, penelitian mengenai melemahnya virus tersebut baru diambil dari satu sampel penguji.
Masih perlu penelitian dari sampel di tempat lain juga.
Sementara itu, peneliti di Arizona State University sudah mengambil 382 sampel dari pasien positif Covid-19 di negara bagian itu.
Dari 382 sampel usap hidung yang diteliti oleh para peneliti dari pasien coronavirus di negara bagian itu, satu sampel tunggal kehilangan sebagian besar genomnya.
Delapan puluh satu surat dihapus secara permanen, menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Virology .
"Salah satu alasan mengapa mutasi ini menarik adalah karena itu mencerminkan penghapusan besar yang muncul dalam wabah SARS 2003," kata Lim dalam sebuah pernyataan, dikutip dari New York Post.
Dari pengambilan sampel tersebut, ditemukan satu sampel kehilangan sebagian besar materi genetik virus.
Baca Juga: Dikira Mahasiswi Kere, Dosen Ini Tak Menyangka Jika Anak Didiknya Ialah Putri dari Menkopolhukam
Para peneliti tersebut mengklaim bahwa bagian yang hilang tersebut membuat infeksi lebih lemah dan menjadi salah satu sinyal kalau wabah bakal berakhir. (*)