“Pasukan kami terbang, berlayar, dan beroperasi di perairan internasional Laut China Selatan atas kebijakan kami dan sesuai dengan norma-norma kelautan dan hukum internasional, menunjukkan berbagai kemampuan angkatan laut yang kami miliki di Indo-Pasifik,” kata Fred Kacher , komandan Kelompok Serangan Ekspedisi 7 seperti yang dikutip South China Morning Post.
AS tidak memiliki klaim maritim baik di laut Timur atau China Selatan.
Namun, aksi mempertahankan kehadiran militer yang kuat di wilayah tersebut dilakukan untuk menunjukkan dukungannya kepada sekutu-sekutunya dan untuk melawan pembangunan fasilitas militer China dan sikap yang semakin agresif.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, dia ingin meningkatkan investasi militer di wilayah tersebut.
"Ini adalah cara di mana Anda mempertahankan tingkat prediksi strategis untuk memastikan kesiapan pasukan Anda, tetapi mengumpulkan tingkat ketidakpastian operasional yang lebih tinggi," katanya di sebuah seminar online pada hari Selasa.
Dia menambahkan bahwa peningkatan jumlah kebebasan operasi navigasi dan penerbangan militer telah membuat hal-hal lebih tak terduga untuk China.
Komando Indo-Pasifik AS telah "melakukan pekerjaan dengan baik dalam hal mempertahankan unjuk kekuatan, pencegahan, kemampuan dan kesiapan yang kita butuhkan di ... wilayah," kata Esper.
Meskipun masing-masing negara masih bertempur melawan Covid-19, baik China maupun AS tidak memperlambat aktivitas militer mereka.
Timothy Heath, pakar keamanan dari think tank Rand Corporation di AS, mengatakan peningkatan aktivitas militer Amerika sebagian karena kegagalan upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik antara Beijing dan Washington.
"China telah menegaskan kepemilikannya atas ruang air internasional yang sangat penting bagi perdagangan global dan keamanan AS," katanya.