Sosok.ID - Ibu mana sih yang tidak tersinggung bila anaknya diledek tetangga cuma gegara belum juga menikah?
Ya, lantaran tersinggung anaknya diejek belum juga menikah, seorang ibu mengamuk hingga hajar tetangga sampai bonyok.
Gara-gara nekat hajar tetangganya yang berani ledek anaknya sampai bonyok, ibu ini harus akhirnya menghadapi polisi.
Pernikahan memang topik yang cukup sensitif untuk dibicarakan.
Terlebih lagi bila orang yang dibicarakan lama menyendiri dan belum juga menemukan pasangan hidup yang pas.
Pembicaraan soal pernikahan pun jadi momok tersendiri bagi masing-masing individu.
Meskipun urusan jodoh nyatanya adalah rahasia Tuhan, tetap saja tidak ada yang bisa menghindari percakapan soal ini.
Pertanyaan soal kapan menikah pun menjadi hal yang paling dibenci bagi orang-orang yang tidak memprioritaskan pernikahan dalam hidup mereka.
Apabali bila usia telah memasuki usia matang menikah.
Sindiran pedas tetangga pun lambat laun bakal mulai terdengar sampai ke telinga orang tua.
Tak ayal, hal sepele seperti ini bisa saja menimbulkan pedebatan hingga pertikaian fisik.sa
Seperti kejadian yang belum lama ini terjadi antara seorang ibu dengan tetangganya di Changsha, China.
Dilansir Sosok.ID dari Daily Mail, Rabu (6/5/2020), seorang ibu dilaporkan telah nekat menghajar tetangganya sendiri sampai bonyok di tempat umum.
Ibu ini dikabarkan mengamuk hingga nekat hajar tetangganya lantaran tak terima anaknya diledek belum juga menikah.
Konflik antara seorang ibu dengan tetangganya ini terjadi di daerah Changsa, China pada 24 April 2020 lalu.
Diketahui, ibu tersebut bermarga Dai sedangkan tetangganya bermarga Yang dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama.
Mengutip Daily Mail, konflik terjadi ketika suami Dai tengah bermain mahjong dengan tetangganya, Yang.
Di tengah permaian, suami Dai dan Yang terlibat perdebatan sengit satu sama lain.
Ketegangan memuncak ketika Dai dan anak perempuannya ikut terlibat dalam perdebatan tersebut hingga berujung pertikaian fisik.
Usut punya usut, perdebatan terjadi lantaran Yang menyindir anak perempuan Dai yang tak kunjung menikah.
Padahal usia anak perempuan Dai tahun ini menginjak usia 30 tahun, tapi ia masih saja menjomblo dan belum menikah.
Tidak hanya menyindir anak yang belum menikah, Yang juga mengejek anak Dai terus menjomblo lantaran bersikap agresif dan jahat.
"Aku berkata, kamu berusia lebih dari 30 tahun dan belum menikah karena kamu sangat agresif dan jahat.
Hanya itu yang aku katakan," tutur Yang saat mengulang ceritanya untuk TV lokal.
Tersinggung dengan omongan Yang, Dai langsung berang dan menyerangnya tanpa ampun.
Melansir Daily Mail, pertikaian fisik antara nyonya Dai dan Yang sempat terekam kamera CCTV.
Dalam rekaman CCTV, terlihat nyonya Dai menyerang Yang dengan membabi buta.
Nyonya Dai memukul kepalanya dan membantingnya kepalanya, sama sekali tidak memberi Yang kesempatan untuk membalas.
Warga yang ikut menyaksikan kejadian ini pun langsung melapor ke polisi untuk memisahkan keduanya.
Saat diamankan ke kantor polisi, Dai dan putrinya sempat mengelak jika mereka bekerja sama menyerang Yang.
Dai bahkan sempat berkata bahwa ia hanya ingin membantu Yang yang terjadi ke lantai.
"Saya coba membangunkannya tetapi tidak bisa, jadi saya melepasnya," kata Dai di sebuah stasiun TV lokal, mengulang jawabannya untuk polisi.
Namun setelah didesak dan dipertontonkan rekaman CCTV, Dai dan putrinya akhirnya mengakui serangan mereka.
Lantaran kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan damai, pihak kepolisian pun akhirnya turun tangan menyelesaikan kasus ini.
Diketahui, berita ini muncul setelah banyak wanita di China berusia 20 hingga 30 tahun mengalami diskriminasi dari lingkungan.
Diskriminasi ini terjadi lantaran mayoritas dari mereka masih menyendiri dan belum berniat untuk menikah.
Mengutip Kompas.com, istrilah 'wanita sisa' pun mulai bermunculan di publik.
Istilah berkonotasi buruk ini muncul di di China setelah pemerintah Komunis memerintahkan All-China Women's Federation menggunakan istilah yang merendahkan di beberapa artikel
Istilah yang merendahkan itu memancing kemarahan besar di antara jutaan perempuan muda China yang berpendidikan dan ambisius.
Mereka mengklaim dirinya tidak dihargai dan mengeluhkan rendahnya kualitas pelamar.
Hingga kini, kasus diskriminasi tersebut masih sering terjadi dan menyiksa ratusan wanita di negeri bambu tersebut.
(*)