Sosok.ID - Elena Manighetti dan Ryan Osborne adalah pasangan kekasih yang telah menjalin cinta dan memiliki impian bersama.
Kini impian tersebut sedang mereka laksanakan perlahan-lahan.
Bahkan sejak tahun 2017, keduanya telah cukup mengumpulkan uang dan membeli kebutuhan untuk mewujudkan mimpi mereka.
Pada tahun itu pula mereka berhenti bekerja dan membeli kapal untuk wujudkan mimpi keliling dunia dengan kapal tersebut.
Meski sekarang hidup berdua di tengah laut lepas dengan sebuah kapal, mereka tetap berhubungan baik dengan keluarga.
Pasangan yang berasal dari Manchester, Inggris ini memiliki satu syarat saat berkomuinikasi dengan keluarga mereka di benua Eropa.
Keduannya tak ingin mendengar kabar buruk dari keluarga bagaimanapun keadaannya.
Dalam beberapa waktu ini, keduanya telah melintasi Samudra Atlantik dari Kepulauan Kanari menuju Karibia.
Berlayar di tengah lautan membuat mereka tak bisa mengakses informasi mengenai perkembangan dunia.
Mereka hanya bisa tahu informasi mengenai dunia saat mereka telah bersandar di suatu pulau yang terjangkau oleh sinyal ponsel.
Bahkan saat sampai di Karibia mereka belum menyadari apa yang telah terjadi di seluruh dunia awal tahun 2020 ini.
Keduanya tak sadar virus corona telah menyebar di seluruh dunia hingga membuat semua negara menutup diri dari orang asing atau pendatang.
Baca Juga: Orang Terkaya Kedua di Dunia Ramalkan Serangan Vi di Seluruh Dunia Belum Ada Setengah Jalan
Saat memulai pelayaran ke Karibia, kedua pasangan ini telah mengetahui di China terdapat virus mematikan.
Namun mereka tak menyadari virus itu menyebar sangat cepat ke seluruh dunia hingga kini.
Sesudah 25 hari di laut dan sangat sedikit berhubungan dengan dunia luar, pasangan ini berencana untuk berlabuh di pulau kecil di Karibia pertengahan Maret.
Ketika mereka mendapat sinyal telepon sembari berlayar, mereka baru tahu bahwa perbatasan pulau itu sudah ditutup dan dunia sedang dilanda oleh pandemi.
“Pada Februari kami mendengar adanya virus di China. Tapi sedikit sekali informasi yang kami punya, dan kami bayangkan saat tiba di Karibia, segalanya sudah normal,” kata Elena.
Ryan menambahkan, “Ternyata yang terjadi sebaliknya. Kami baru tahu infeksi menyebar ke seluruh dunia.”
Memang sepanjang perjalanan pelayaran mereka tak bisa mengakses informasi ataupun menghubungi keluarga mereka.
Dan hal itupun membuat mereka terkejut saat mendengar negara asal Elena yang kini jadi tempat tinggal keluarganya di Italia menjadi daerah paling terdampak dari virus corona.
“Kami bilang ke kontak kami di darat, bahwa kami tak mau mendengar berita buruk,” kata Ellena, yang keluarganya tinggal di Lombardy, daerah paling terdampak Covid-19 di Italia.
“Kami mencoba berlabuh di wilayah Prancis di Karibia, tapi ketika tiba kami baru tahu perbatasan ditutup dan pulau itu tak mengizinkan orang masuk,” tambah Ryan.
Saat tiba di kepulauan Karibia itu mereka mengira penutupan hanya lantaran musim ramai wisatawan datang.
Mereka pun kemudian pergi ke Granada yang memungkinkan mereka mengakses internet di tengah laut.
Dari situlah mereka terkejut dan mulai mengerti dunia telah dilanda virus corona yang bermula dari China tersebut.
“Seorang teman kami sudah tiba di San Vincente, yang seharusnya jadi tempat tujuan kami. Kami berhasil menghubunginya 10 jam sebelum tiba di pelabuhan. Ia bilang kami akan ditolak masuk karena kami warga negara Italia, sekali pun faktanya sudah berbulan-bulan saya tak ke Italia,” kata Elena.
Untungnya, pasangan ini merekam rute perjalanan mereka melalui sinyal GPS.
Mereka kemudian bisa memaparkan kepada pihak berwenang di San Vincente dan memperlihatkan bahwa mereka tidak berada di Italia berbulan-bulan, dan berada di lautan selama itu.
Hanya dengan itu mereka bisa menapakkan kaki di tanah lagi.
Mereka baru sadar tempat asal Elena jadi wilayah paling terdampak dan mulai khawatir dengan keluarga di Italia.
“Kampung halaman saya di wilayah Lombardy, salah satu yang paling terdampak di dunia,” katanya.
Ia bilang, percakapannya dengan ayahnya merupakan hal yang sulit.
“Ia bilang ke saya untuk tidak panik. Ia kirimkan berita di New York Times tentang Lombardy, dan ini tiba-tiba membuat saya melihat kenyataan. Saya kaget sekali,” katanya.
Elena menyatakan ia ngeri mendengar kotanya kehabisan peti mati dan tidak ada tempat lagi tersisa untuk pemakaman dan kremasi.
“Untungnya, keluarga saya aman di rumah dan telah mengisolasi diri lebih dari enam minggu. Namun beberapa orang yang saya kenal telah meninggal dunia,” katanya.
Kini pasangan ini sementara tinggal di Bequia, San Vicente, Karibia namun tak tahu sampai kapan bisa disana.
"Kami tak ingin meninggalkan San Vicente saat ini, karena tak ada tempat yang buka. Kami tinggal dulu di sini dan berencana akan berangkat lagi berlayar lagi sebelum musim badai awal Juni nanti,” kata Elena. (*)