"Di situ sudah mulai ragu. Hati saya ragu karena katanya mulai hari ini pukul 00.00 WIB tak boleh melakukan penerbangan penumpang," katanya.
Tapi pemikirannya pun tertuju bila ia tak segera pulang lalu siapa yang akan menanggung kehidupannya selama berada di Jakarta.
"Di situ aku langsung mikir kalau enggak bisa pulang berarti aku mati kelaparan di Jakarta. Sebab aku sudah enggak ada uang simpanan sama sekali," ungkapnya.
Tak sampai di situ saja, pada hari yang sama adalah hari terakhir dirinya menyewa tempat tinggal sementara/kos.
"Ditambah hari ini kosan terakhir. Saya makanya sudah ragu. Kalau gagal berangkat, siapa yang mau nanggung hidup saya?," ujarnya.
Lantaran memikirkan semua resiko yang ada di hadapannya untuk bisa pulang kampung itupun membuat Yani tak bisa tidur di puasa pertama bulan Ramadhan tahun 2020 ini.
"Saya enggak tidur dari habis sahur. Padahal sudah pasang alarm pukul 07.30 WIB. Jadi maksudnya habis sahur mau tidur dulu, tapi nyatanya enggak bisa," katanya.
"Dari di kosan saya sudah tanya teman soal Bandara Soetta ada penerbangan atau enggak. Makanya ini saya berangkat lebih awal," lanjutnya.
Di bandara pun Yani masih merasa gusar bisakah dirinya terbang ke Padang pada hari itu juga.
Sambil membawa barang bawaannya, ia bertanya ke pusat informasi dan sejumlah petugas untuk kepastian keberangkatannya hari ini.