Sosok.ID - Keberhasilan mengatasi virus corona bukanlah hal yang mudah, bahkan negara sebesar Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan Inggris kini pun belum bisa lolos dari wabah tersebut.
Namun justru negara kecil yang belum diakui oleh PPB dan tak ikut sebagai anggota WHO ini justru sukses atasi virus yang ganas ini.
Ternyata kesuksesan tersebut bukanlah berasal dari satu pihak saja, melainkan dari berbagai pihak yang saling bantu.
Pengalaman diserang wabah dan kesiapan semua elemen menjadi kunci keberhasilan atasi virus ini.
Diketahui pada tahun 2003, Taiwan menjadi salah satu negara yang terdampak wabah sindrom pernapasan akut (SARS).
Bersama Hong Kong dan China, Taiwan mencatat ada 150.000 orang dikarantina di negara kepulauan kecil tersebut.
Bahkan ada 181 korban jiwa dalam wabah penyakit pada tahun tersebut.
Memang wabah yang terjadi kala itu tak sebanding dengan Covid-19 yang kini telah berstatus pandemi.
Baca Juga: Tak Ada Hati! 1.000 Stock Masker Puskesmas Dicolong Sopir Ambulans, Dijual Ulang Seharga Rp 5 Juta
Namun pengalaman mengerikan pada tahun 2003 itu sempat memberi efek kejut bagi sebagian besar negara di Asia, hingga harus merespon wabah di kemudian hari.
Melansir dari CNN, dengan pengalaman itulah Taiwan bisa bertindak cepat saat diketahui ada wabah virus baru yang berasal dari China, negara yang hanya berbatasan laut dengan Taiwan.
Mulai dari pemerintah sampai masyarakat pun memunjukkan kekompakan dalam mengontrol perbatasan dan pemakaian masker langsung jadi rutinitas sejak Januari lalu 2020.
Dalam sebuah penelitian pada Januari, Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat (AS) mengatakan Taiwan adalah salah satu daerah paling berisiko di luar daratan China.
Alasannya adalah kedekatan geografis, ikatan warganya, dan hubungan transportasi.
Jika dibandingkan dengan Australia yang memiliki bentuk negara dan jumlah penduduk yang hampir sama, tapi dalam hal penangaan virus corona mereka jauh berbeda.
Dalam 10 hari wabah itu menyebar dari Wuhan, Australia langsung mencatat ada 5.000 kasus covid-19, sedang Taiwan hanya kurang dari 400 kasus.
Ternyata kunci dari negara yang belum ada pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan otoritas kesehatan dunia tersebut adalah sistem kesehatan dengan cakup universal.
Pusat komando yang didirikan setelah wabah SARS itu langsung menanggapi potensi ancaman, menurut laporan terbaru dalam Journal of American Medical Association (JAMA).
"Taiwan dengan cepat menghasilkan dan mengimplementasikan daftar sedikitnya 124 tindakan selama 5 minggu untuk melindungi kesehatan masyarakat," tulis co-author Jason Wang, seorang dokter Taiwan dan profesor pediatri di Stanford Medicine.
"Kebijakan dan tindakan ini melanjutkan kontrol perbatasan, karena mereka menyadari itu saja tidak cukup," lanjutnya.
Langkah-langkah awal yang sangat menentukan adalah melarang perjalanan dari banyak bagian China, menghentikan kapal pesiar berlabuh, dan menerapkan hukuman berat bagi yang melanggar aturan karantina rumah.
Selain itu petinggi negara Taiwan juga bergerak untuk meningkatkan produksi masker dalam negeri guna memastikan pasokan lokal.
Taiwan juga melakukan pengujian virus corona di seluruh pulau, termasuk pengujian orang yang sebelumnya memiliki riwayat pneumonia janggal.
Pemerintah pun menerapkan hukuman baru bagi para penyebar hoaks tentang virus corona.
"Pemerintah Taiwan belajar dari pengalaman SARS 2003 dan membentuk mekanisme respons kesehatan masyarakat, untuk memungkinkan tindakan cepat pada krisis berikutnya."
"Tim pejabat yang terlatih dan berpengalaman dengan cepat mengenali krisis dan mengaktifkan struktur manajemen darurat untuk mengatasi wabah yang muncul," tulis Wang dalam lanjutan laporannya.
Dilansir dari CNN, beberapa pihak mengklaim hanya pemerintah otokratis seperti China yang bisa secara efektif mengatasi wabah virus corona.
Namun, Taiwan mencontohkan bagaimana negara demokrasi juga bisa mengendalikan wabah.
Lockdown ketat seperti di China atau negara lain pun tidak diterapkan Taiwan.
Negara dengan nama lain Chinese Taipei ini sekarang dalam posisi yang kuat.
Setelah berminggu-minggu melarang ekspor masker untuk memastikan pasokan domestik, pada Rabu (1/4/2020) pemerintah mengatakan akan menyumbangkan 10 juta masker ke AS, Italia, Spanyol, dan 9 negara Eropa lainnya.
Negara-negara kecil yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan juga menjadi tujuan pengiriman. (*)