Sosok.ID - Pemerintah provinsi Hubei, China, telah membebaskan 60 juta warganya dari lockdown pada Rabu (25/3/2020).
Dibukanya kuncian ini menyiratkan ada rasa percaya diri dari negeri Tiongkok untuk mengatasi wabah virus corona di negaranya.
Hal itu sekaligus menandai aktivitas warga China yang berangsur-angsur mulai kembali normal.
Wuhan, sebagai sebuah kota paling terdampak di Hubei pun telah beroperasi kembali.
Seperti diketahui, sebuah pasar ekstream di Wuhan, China, yang menjual daging hewan-hewan liar seperti kelelawar, ular, anjing, tikus, dan lainnya menjadi sorotan dunia Internasional.
Pasar-pasar di Wuhan ditutup setelah dicurigai sebagai tempat pertama pembawa wabah Covid-19.
Namun hanya beberapa saat setelah status lockdown di beberapa daerah China dibuka, pasar-pasar penjual daging hewan liar mulai kembali beroperasi.
Melansir Intisari, seorang saksi mata mengklaim telah melihat sekerumunan besar turun ke pasar di Guilin, China barat daya, dan Donggun, China selatan.
Rakyat China dikatakan tengah 'merayakan kemenangan' setelah ditemukan hanya sedikit infeksi tersisa di sana.
Transportasi dan bisnis-bisnis yang sempat mandek, kini kembali dibuka.
Dikutip dari Dailystar via Intisari, Rabu (1/4), kegiatan itu disaksikan oleh seorang penduduk yang menggambarkan keramaian pasar sebagai hal yang sangat meresahkan.
Kelelawar, hewan yang dianggap sebagai biang kerok pandemi ini bahkan diiklankan oleh seorang penjual obat.
Laporan media setempat menyebutkan, seolah tidak ada upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah adanya wabah lain di masa mendatang.
Menurut media tersebut, standar kebersihan di pasar-pasar Wuhan dan Tiongkok lain perlu untuk segera ditingkatkan.
"Semua orang di sini percaya wabah telah berakhir dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ungkap seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya.
Belakangan, virus SARS-CoV-2 memang tidak mewabah sehebat awal tahun 2020 di China.
Meskipun begitu, China belum 100 persen pulih dari virus corona.
Terlebih di luaran sana, Hampir seluruh negara di belahan bumi masih berjibaku demi memberantas pandemi ini.
"Itu hanya masalah di luar negeri sekarang sejauh yang mereka khawatirkan," katanya.
Di Donggun, tidak ada perubahan dalam hal transaksi jual beli pasar, kecuali para penjaga yang memintaorang-orang untuk tidak mengambil gambar.
"Pasar telah kembali beroperasi dengan cara yang persis sama seperti yang mereka lakukan sebelum virus corona," kata para saksi mata.
Saat virus corona mulai merebak lebih hebat di China pada Januari lalu, otoritas sempat melarang perdagangan dan pengonsumsian hewan liar.
Meski industri tersebut, dikatakan sebagai industri dengan omset miliaran dolar AS yang mempekerjakan jutaan masyarakat.
“Sejak melebarnya virus corona (Covid-19), fenomena konsumsi hewan liar dan ancaman besar yang tersembunyi di baliknya telah menarik perhatian masyarakat luas,” kata Standing Committee of the National People’s Congress (NPC) kepada CCTV Senin (24/2) lalu, dikutip dari SCMP via Kompas.com.
Pengonsumsian hewan liar bahkan dikaitkan oleh WHO sebagai penyebab terjadinya epidemik SARS 17 tahun lalu yang menewaskan lebih dari 800 orang di seluruh dunia.
Menurut WHO, sebanyak 70 persen patogen penyebab terjadinya penyakit global yang telah ditemukan dalam 50 tahun belakangan berasal dari hewan.
Beberapa pecinta lingkungan dan pelestari alam di dunia juga menyambut baik keputusan pemerintah China akan pelarangan perdagangan dan konsumsi hewan liar.
Namun rupanya, menilik situasi dibukanya kembali pasar hewan liar di China, maka kebijakan itu hanya bersifat sementara.
Adapun wabah virus corona, yang sekarang telah menjadi pandemi Covid-19 menyebabkan sebanyak 42.375 kematian di dunia.
Hingga Rabu (1/4) sekitar pukul 12 siang, berdasarkan pantauan Sosok.ID dari data real time "Coronavirus Pandemic Covid-19 Live World Map/Count", virus yang dulunya disebut sebagai n-Cov 2019 ini telah tersebar di 206 wilayah teritoris.
Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus infeksi terbanyak, yakni 189.785, disusul Italia sebanyak 106.128 kasus, Spanyol dengan 95.923 kasus, dan China 81.540 kasus.
(*)