"Ada tiga arsip naskah Supersemar, dari Sekretariat Negara, Puspen TNI AD, dan dari seorang kiai di Jawa Timur," ujar Asvi, Kamis (10/3/2016), seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari Kompas.com, Rabu (11/3/2020).
Bersamaan dengan raibnya surat maha penting itu, spekulasi pun bermunculan.
Masyarakat bertanya-tanya tentang wujud surat itu, dan apa tujuan sebenarnya dari dilayangkannya surat perintah tersebut.
Salinan Surat Perintah 11 Maret
Mengutip "Arsip Supersemar 1966" yang diterbitkan Kompas.com pada 10 Maret 2015 lalu, tertulis:
Surat Perintah Sebelas Maret alias Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966. Isinya berupa instruksi Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto, selaku Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengawal jalannya pemerintahan pada saat itu.
Namun tiga versi yang disimpan Arsip Nasional RI, justru menambah keragu-raguan masyarakat soal: mana yang asli?
Spekulasi lain bermunculan, Soekarno disebut-sebut tak benar-benar mau memberikan Supersemar.
Surat perintah itu turun akibat tekanan dan paksaan.
"Sebelum 11 Maret 1966, Seokarno pernah didatangi oleh dua pengusaha utusan Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara. Kedua pengusaha itu, Hasjim Ning dan Dasaad, datang untuk membujuk Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto," tulis Kompas.com berdasarkan penjelasan Asvi.
Bujukan tersebut ditolak oleh Bapak Proklamator Indonesia. Soekarno bahkan sempat marah hingga melempar asbak.