Pernah beberapa kali balok kayu mendarat ke tubuh sang kakak hanya gegara hal sepele yang tak diketahui oleh mereka.
"Kami ini seakan anak tirinya, padahal kami kandungnya. Kakak saya dipukul pakai balok dan ganggang sapu. Kami dipukul di depan tetangga, bahkan di tempat umum," terang RM.
RM mengaku pukulan dari sang ibu itu spontan dan tak tahu waktu, jadi dirinya dan kedua saudarinya itu seperti harus siap apabila tiba-tiba sang ibu memukul tanpa alasan yang jelas.
"Pukulan itu biasanya spontan, tapi makian hampir kami alami setiap saat," kata dia.
Ditambah lagi dirinya dan sang adik yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar (SD) tak pernah sekalipun mendapat uang saku atau uang jajan dari sang ibu.
Selama delapan tahun lamanya mereka tak pernah merasakan jerih payah sang ibu saat akan berangkat sekolah.
Lantaran selalu merasa kepedihan setiap berada di rumah, dirinya sangat merindukan rasanya kehangatan saat berada di rumah.
"Kami ingin ibu peluk dan kasih sayangnya. Kami ingin diajak curhat bagaimana di sekolah. Itu tidak pernah kami rasakan dari seorang ibu kandung," ungkapnya.
Koordinator Tim Reaksi Cepta Perlindungan Anak (TRCPA) Kaltim yang mendapatkan laporan tersebut pun sempat tertegun dengan apa yang dialami RM dan saudari-saudarinya.