"Kalau nggak dikembalikan malah lebih bahaya, mereka akan gabung dengan tokoh-tokoh teroris internasional. Mereka akan lebih ISIS daripada ISIS itu sendiri. Bahayanya lebih besar dari manfaatnya," ujarnya.
Khairul menambahkan ia kecewa dengan putusan pemerintah untuk tidak mengembalikan ratusan WNI eks ISIS dari Suriah dengan alasan keamanan.
Dia mengklaim teroris bisa diubah pola pikirannya dengan program deradikalisasi.
Ia merujuk sejumlah eks teroris yang kini membantu pemerintah, seperti Ali Fauzi dan Ali Imron.
Meski ada kasus-kasus di mana eks teroris kembali radikal, kata Khairul, hal itu tidak boleh digeneralisasi.
"Benar, ada satu atau dua orang yang yang dibina BNPT jadi bomber, seperti suami-istri yang (melakukan bom di) Filipina itu. Tapi itu nggak bisa digeneralisir," ujarnya, merujuk peristiwa pengeboman gereja di Filipina tahun 2019.
"Program deradikalisasi memang belum optimal, tugas kita lah menyempurnakannya," ujarnya.
Bagaimana nasib WNI yang tidak akan dipulangkan?
Saat ditanya mengenai bagaimana nasib orang-orang yang tidak akan dikembalikan ke Indonesia, Presiden Jokowi enggan berkomentar banyak.
Dia menilai konsekuensi mengikuti ISIS seharusnya sudah diperhitungkan oleh orang-orang yang memutuskan pergi ke Suriah.