"Kami instruksikan untuk seluruh bupati dan wali kota agar menyisir keluarga fakir miskin serupa dan menunda agresifitas alokasi anggaran fisik konstruksi bukan prioritas jika masalah sosial menjadi momok menakutkan," pintanya.
Walaupun dikabarkan bahwa Kakek Ambo meninggal dunia karena kelaparan, namun pihak keluarga dengan tegas membantah informasi tersebut.
Masih melansir dari Kompas.com, seorang kerabat, Sahabuddin mengungkapkan bahwa Kakek Ambo sudah pikun dan sering meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan anaknya.
“Diduga karena pikun, Ambo Tang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga pada akhirnya tersesat dan baru ditemukan keesokan harinya dalam kondisi telah meninggal dunia," kata Sahabuddin, Minggu (19/1/2020), seperti dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.
Ia pun menegaskan bahwa informasi yang menyebut bahwa Kakek Ambo meninggal dunia karena kelaparan itu tidak benar.
“Penyebab kematian Ambo Tang karena kelaparan itu tidak benar atau keliru. Selama ini beliau tinggal di rumah salah seorang anaknya, di kampung Punagaya desa Bontorappo Jeneponto tidak dalam kondisi kekurangan pangan/makanan," sambungnya.
Setelah ditemukan, jenazah Kakek Ambo segera dibawa ke rumah duka untuk kemudian dimakamkan.
Namun, penderitaan Kakek Ambo nampaknya belum berakhir.
Sebab, Kepala Desa Bontorappo tak mau meminjamkan mobil ambulans siaga desa untuk mengangkut jenazah Kakek Ambo.
Karena tak dipinjami, keluarga akhirnya mengangkut jenazah Kakek Ambo menggunakan sarung.