Tak tanggung-tanggung sekarang China menduduki no.3 di tabel klasemen angkatan perang terkuat dunia.
Hal itu tentu saja membuat Taiwan was-was karena mereka tak akan bisa menandingi kekuatan raksasa China di masa sekarang jika perang secara head to head.
Maka mau tak mau Taiwan harus ganti taktik untuk melawan China, yakni peperangan Asimetris.
Robert Tomes dari US Army War College menjelaskan : “Peperangan asimetris dapat dideskripsikan sebagai sebuah konflik dimana dari dua pihak yang bertikai berbeda sumber daya inti dan perjuangannya, cara berinteraksi dan upaya untuk saling mengeksploitasi karakteristik kelemahan-kelemahan lawannya."
"Perjuangan tersebut sering berhubungan dengan strategi dan taktik perang unconvensional. Pejuang yang lebih lemah berupaya untuk menggunakan strategi dalam rangka mengimbangi kekurangan yang dimiliki dalam hal kualitas atau kuantitas.” (Tomes, Robert, Spring 2004, Relearning Counterin surgency Warfare, Parameter, US Army War College).
Sedangkan Australia’s Department of Defence menyebut peperangan Asimetris lebih dititkberatkan kepada pihak yang lemah untuk melakukan pendadakan/serangan dadakan.
Baca Juga: Menlu Jepang Ikutan Gatal dengan Ulah China, Tegaskan Jika Natuna Sah Milik Indonesia
Karena memang kekuatan tak berimbang ini maka Taiwan seringkali membuat senjata penangkal jika China membangun mesin perang baru.
Sadar jika negara mereka tak bisa menang jika menyerang China, maka Taiwan berprinsip menguatkan militer mereka untuk pertahanan super defensif.
Salah satunya membuat rudal anti kapal Induk, Hsiung Feng III (Angin Keberanian).