Arogansi China atas Perairan Natuna dipantau oleh pesawat intai maritim Boeing 737 AI-7301.
"Jumlahnya sekitar 30 KIA," kata Panglima Komando Gabungan Wilayah I (Pangkogabwilhan) Laksdya TNI Yudho Margono seperti dilansir akun facebook Puspen TNI, Sabtu (11/1/2020), via Tribun-Medan.com.
Mengetahui hal tersebut, Indonesia melakukan pengusiran terhadap kapal-kapal China dengan mengutus KRI Usman Harun, KRI John Lie dan KRI Satsuit Tubun yang juga berkoordinasi dengan Pangkogabwilhan 1.
Dikutip dari Kompas TV, Pangkogabwilhan 1 bahkan menekankan pada komandan Coast Guard China untuk paham mengenai hukum.
Pangkogabwilhan 1 menilai, harusnya China paham tentang hukum laut internatsional dan tidak melewati batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang telah ditentukan.
Ditengah konflik China dengan Indonesia, Jepang hadir memberikan bantuan.
Dalam pertemuan Strategic Dialogue RI-Jepang, di Jakarta, Jumat (10/1/2020), Jepang melalui Menteri Luar Negerinya, Motegi Toshimitsu menyampaikan bahwa mereka sepakat mengintensifkan kerja sama pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di 6 pulau terluar Indonesia.
“Khusus untuk Natuna, selain industri perikanan, Jepang akan membantu hibah kapal pengawas perikanan dan jajaki pengembangan industri pariwisata,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, seperti dikutip Sosok.Id, dilansir dari setkab.go.id pada Senin (13/1/2020).
Hal tersebut tentu disambut baik oleh pemerintah Indonesia.
Presiden Joko Widodo dalam pertemuan tersebut juga mengajak Jepang untuk berinvestasi membangun fasilitas perikanan di pulau-pulau terluar Indonesia, salah satunya di Natuna.