Sosok.ID - Serangan rudal Iran yang menghujani pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Erbil, Irak dini hari tadi menjadi sinyal tantangan perang bagi negeri Paman Sam itu.
Iran sendiri menyebut serangan terbatas ini untuk membalaskan dendam kematian Perwira Tinggi terbaik mereka, Qasem Soleimani yang dibunuh oleh Drone AS.
Pemimpin Besar Iran Ayatollah Ali Khamenei langsung mengajak seluruh lapisan negaranya mengobarkan semangat perang melawan AS di Timur Tengah.
Namun nyali saja tak cukup bagi Iran, pasalnya AS sudah berkali-kali melaksanakan operasi militer besar-besaran yang dapat menggulung sebuah negara yang hendak diserangnya.
Sejarah membuktikan jika Amerika memang pernah menyerang dan menguasai sebuah negara hanya dalam kurun waktu 7 hari saja.
Hadirnya teknologi membuat pertempuran zaman sekarang lebih efektif, efisien, meminimalkan jumlah korban namun jauh lebih menyeramkan.
Role model sebuah operasi militer dunia saat ini harus diakui masih beracuan ke Amerika.
Karena militer AS amat getol dalam mengembangkan metode-metode baru yang bakal mereka terapkan ke operasi militer sesungguhnya.
Mengutip dari National Interest, contoh salah satu operasi militer AS yang gilang gemilang dalam menguasai sebuah negara secepat mungkin adalah saat menyerang Irak pada tahun 2003.
Saat itu pasukan Saddam Husein dilibas tanpa ampun dan dalam tempo satu minggu Irak jatuh ke tangan AS.
Lantas bagaimana cara militer AS bisa melakukan serangan ke Irak dan menguasainya hanya dalam tempo satu minggu?
1. Superioritas Udara
Pertama kalinya AS akan menyerang sebuah negara maka mereka akan melakukan bombardemen terlebih dahulu menggunakan jet-jet tempur ke titik-titik strategis musuh seperti pertahanan udara, markas militer dan pusat komunikasi agar lumpuh.
Jet tempur AS baik dari AU maupun AL-nya sengaja melakukan serangan Interdiksi untuk memberi jalan bagi serangan gelombang berikutnya.
Dengan dikuasainya udara maka 50 persen kemenangan sudah berada di tangan Amerika.
Baca Juga: Via Vallen Dikabarkan Pingsan TIba-Tiba Saat Manggung, Ini yang Kedua Kalinya, Begini Penjelasannya!
2. Serbuan Mobile Udara (Mobud)
Lupakan cara mengangkut pasukan dengan truk untuk mengirim para tentara ke medan perang, militer AS sudah tak menggunakan metode usang seperti ini.
Dibentuknya US Army Combat Aviation Brigade yang berintikan alutsista jenis Rotary Wing (helikopter) membuat mobilitas tempur pasukan AS amat luas.
Usai pertahanan udara musuh lumpuh oleh serangan udara awalan tadi, berbondong-bondong tentara AS dengan menaiki helikopter (Mobile Udara) di drop ke titik-titik tertentu untuk memulai aneksasi sebuah negara secara de facto.
3. Serangan Artileri Jarak Jauh
Untuk mendukung gerak maju pasukan AS, US Navy melalui kapal perusak, frigat dan kapal selamnya akan meluncurkan misil Tomahawk untuk menyerang target-target bernilai tinggi misalkan Istana kepresidenan dan pusat komando militer lawannya.
Bukan hanya itu, tentara AS di darat juga bisa memanggil bantuan tembakan udara jika mereka menghadapai situasi amat berbahaya.
Tak pelak jika bantuan tembakan udara dipanggil maka bakal datang pesawat tempur macam A-10 Thunderbolt dan helikopter serang Apache yang amat doyan memangsa segala bentuk kendaraan lapis baja lawan.
4. Pergerakan Kavaleri
Main Battle Tank (MBT) M1A2 Abrams US Army juga digunakan sebagai ujung tombak serangan.
Usai adanya tentara AS didarat, maka secepat mungkin tank ini harus di-deploy ke palagan pertempuran demi menambah daya serang US Army.
Abrams sebisa mungkin harus menghancurkan tank-tank lawan karena bisa menjadi masalah besar jika mereka tak bisa dilumpuhkan.
5. Network Centric Warfare
Faktor ini yang paling krusial agar AS bisa menguasai negara yang diserangnya dalam tempo 1 minggu.
Network Centric Warfare ialah pusat komunikasi terpadu yang di sana berada para perencana strategi AS dan memberikan komandonya ke seorang tentara dilapangan sekalipun.
Dengan adanya Network Centric Warfare pergerakan, operasi dan lainnya bisa lebih efisien, menghindari salah tembak sesama kawan dan mempersingkat jalannya pertempuran.
Namun tetap saja AS harus berpikir seribu kali jika hendak menyerang sebuah negara. Seperti di Suriah contohnya dimana pasukan darat mereka tak berani melakukan serangan ke tentara rezim Assad karena bekingan Rusia. (Seto Aji/Sosok.ID)