Follow Us

Banyolan Satir Gus Dur Ketika Hendak Dilengserkan Parlemen dari Kedudukannya Sebagai Presiden Indonesia, Semua Hadirin Pun Tertawa

Seto Ajinugroho - Kamis, 02 Januari 2020 | 12:17
Banyolan Satir Gus Dur Ketika Hendak Dilengserkan Parlemen dari Kedudukannya Sebagai Presiden Indonesia, Semua Hadirin Pun Tertawa
Kompas/Danu Kusworo

Banyolan Satir Gus Dur Ketika Hendak Dilengserkan Parlemen dari Kedudukannya Sebagai Presiden Indonesia, Semua Hadirin Pun Tertawa

Sosok.ID - Sebagai salah satu bapak bangsa, K.H. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur patutlah mendapat penghormatan sebagai perekat keberagaman Indonesia.

Walau dirinya akhirnya dilengserkan melalui Sidang Istimewa (SI) MPR RI pada 23 Juli 2001, namun masyarakat sekarang tahu jika Gus Dur memang seorang negarawan berjiwa besar dan rela jatuh demi keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.

Mengutip Kompas dan nu.or.id, Kamis (2/1/2019) tengah malam 22 Juli 2001, Gus Dur sempat mengadakan pertemuan di Istana Negara.

Dalam pertemuan itu hadi seorang Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlawi dan Tujuh Ulama Sepuh.

Baca Juga: Nagita Slavina Baru Sadar Sikap Rewel Rafathar Mirip dengan Sosok Wanita yang Dibencinya Saat Hamil, Istri Raffi Ahmad : Sama-sama Sumbu Pendek

Pertemuan itu membahas kondisi politik terkini dan pelengseran Gus Dur oleh Parlemen.

Berderai air mata, Gus Dur meminta maaf berkali-kali kepada para ulama mengenai situasi politik yang dihadapinya.

Dengan saran dan dorongan para ulama maka Gus Dur mengeluarkan Dekrit Presiden yang intinya berisi penolakan terhadap putusan Sidang Istimewa yang hendak diselenggarakan.

Di lain tempat, terbentuk pasukan berani mati yang akan membela Gus Dur jika dilengserkan dari kursi Presiden Indonesia.

Laporan dari Kompas, sejumlah 300 ribu relawan berani mati itu akan berangkat ke Jakarta demi membela Gus Dur.

Baca Juga: Meski Lakukan Perawatan Kecantikan Dengan DNA Ikan Salmon, Artis Ini Tak Malu Pamerkan Wajah Natural Tanpa Make Up

Gus Dur tak mau, ia menahan para pendukungnya itu agar tak ke Jakarta supaya tidak ada pertumpahan darah sesama saudara setanah air.

"Ada beda antara keras dan tegas. Ibarat pepatah nenek moyang, pohon tinggi harus berani menentang angin yang bertiup keras. Nanti kalau saya tidak lagi sanggup mengatasi persoalan itu, saya kan bisa bengok-bengok (teriak minta tolong) sama ulama. Ke mana lagi kalau tidak minta tolong ke ulama, itu kan juga tradisi orang pondok pesantren," kata Gus Dur seperti dikutip dari nu.or.id.

Saat suasana semakin panas, kawan-kawan Gus Dur meminta kepada Romo Magnis agar memberikan pandangan terhadap situasi politik saat ini kepada Presiden Indonesia keempat itu.

Di istana, Romo Magnis berbicara kepada Yenny Wahid jika sebaiknya Gus Dur mundur daripada diturunkan.

Baca Juga: 12 Jam Terjebak Banjir Jakarta Tanpa Ada Bantuan, Kakek 82 Tahun Ini Menggigil Minta Tolong Saat Istrinya Tewas Mengambang di Dalam Rumah

Yenny awalnya was-was ayahnya akan marah jika mendengar saran Romo Magnis tersebut namun setelah disampaikan secara langsung oleh Romo Magnis, Gus Dur tak marah.

Gus Dur lantas menjelaskan kenapa dirinya tidak mau mundur dari kursi presiden dan semua yang ada di situ paham.

Gus Dur
nu.or.id

Gus Dur

Nah ketika situasi sedang tegang-tegangnya, Gus Dur lantas membuat banyolan yang buat suasana cair.

“Saya disuruh mundur? Maju saja dituntun?” ceplos Gus Dur disambut tawa orang-orang disekitarnya. (Seto Aji/Sosok.ID)

Source : kompas, nu.or.id

Editor : Seto Ajinugroho

Baca Lainnya

Latest