Follow Us

Kisah Paguh, Orangutan yang Bertaha Hidup Dengan 24 Peluru di Tubuhnya Serta Harus Menabrak-nabrak Saat Berjalan Karena Buta!

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Jumat, 29 November 2019 | 10:05
Kisah Paguh, Orangutan yang Diberondong 24 Peluru Hingga Harus Bertahan Hidup Dengan Kebutaan di Hutan
Kolase YOSL-OIC/Handout via Kompas.com

Kisah Paguh, Orangutan yang Diberondong 24 Peluru Hingga Harus Bertahan Hidup Dengan Kebutaan di Hutan

Seorang anggota tim HOCRU YOSL-OIC memeriksa orangutan sumatera bernama Paguh usai dibius untuk dievakuasi dari perkebunan kelapa sawit di Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Orangutan ini sebelumnya hanya bisa berjalan di tanah dan tangannya menggapai-gapai karena buta. Orangutan ini sekarang berada di Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.
(YOSL-OIC)

Seorang anggota tim HOCRU YOSL-OIC memeriksa orangutan sumatera bernama Paguh usai dibius untuk dievakuasi dari perkebunan kelapa sawit di Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Orangutan ini sebelumnya hanya bisa berjalan di tanah dan tangannya menggapai-gapai karena buta. Orangutan ini sekarang berada di Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Lokasi penemuan Paguh sebenarnya tak jauh dari Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang menjadi habitat orangutan Sumatera di wilayah Aceh Selatan.

Wilayah tersebut menjadi habitat bagi lebih dari 1.300 orangutan Sumatera.

"Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun," katanya.

Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia. Menurutnya, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal. "Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi," katanya.

Baca Juga: Menangis dan Berkeringat Saja Tak boleh Apalagi Mandi, Kisah Gadis 21 Tahun yang Miliki Alergi Terhadap Air, Tersiksa karena Tak Bisa Makan Sayur dan Minum Air

Apa yang dialami Paguh bukan kasus pertama, dokter hewan Citrakasih Nente Supervisor Program Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan YEL-SOCP mengatakan, dia pernah menerima orangutan dengan 100 butir lebih peluru di tubuh.

Sepanjang sepuluh tahun terakhir, YEL-SOCP sudah menerima sekira 20 orangutan korban senapan angin.

Paguh adalah jenis Pongo abelii yang berbeda dengan Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanulienses) yang habitatnya berada di ekosistem Batangtoru, Sumatera Utara.

Saat ini, ketiga spesies tersebut masuk daftar merah atau sangat terancam punah oleh International Conservation Union (IUCN).

Baca Juga: Jokowi Berikan Grasi Pada Napi Koruptor Karena Alasan Kesehatan, Peneliti ICW Angkat Bicara, Kurnia: Narasi Antikorupsi yang Diucapkan Oleh Presiden Itu Hanya Omong Kosong!

Jumlah populasi di alam liar diperkirakan tinggal 13.400 untuk orangutan Sumatra dan 800-an orangutan Tapanuli. (*)

Source : Kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest