Belakangan diketahui bahwa babi-bait tersebut dinyatakan positif terkena virus hemoragik.
Temuan ini mencerminkan kebebasan hewan berkeliaran di zona penyangga selebar 4 kilometer yang membelah negara-negara dan tanpa sengaja menciptakan sebuah kawasan perlindungan bagi fauna.
Ini juga mengisyaratkan limpahan virus mematikan dari Korea Utara, di mana laporan tidak resmi menunjukkan penyakit ini menyebar di luar kendali.
Korea Selatan pun dikabarkan telah mengerahkan helikopter untuk mensterilkan wilayah perbatasan tersebut.
Demam babi Afrika telah menyebar ke hampir semua wilayah Korea Utara.
Bahkan babi-babi di provinsi barat Pyongan Utara telah "dimusnahkan," kata Lee Hye-hoon, yang mengetuai Komite Intelijen Majelis Nasional, mengutip Badan Intelijen Nasional Korea Selatan.
Virus itu menewaskan 22 babi pada Mei di sebuah pertanian koperasi sekitar 260 kilometer utara Pyongyang, dekat perbatasan dengan China, kata kementerian pertanian Korea Utara dalam laporan 30 Mei kepada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, atau OIE.
Tetapi sejak itu, belum ada laporan tindak lanjut ke badan dokter hewan yang berbasis di Paris, dan sedikit liputan acara tersebut di media pemerintah.
Delegasi PBB
Organisasi Pangan dan Pertanian tidak memiliki informasi di luar laporan yang diterima oleh OIE, kata Wantanee Kalpravidh, manajer regional dari Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas yang bermarkas di PBB.
FAO sedang menunggu persetujuan untuk mengirim delegasi ke Korea Utara, katanya dalam pesan teks Jumat.