Lebih lanjut, Pak Tarno kemudian membeberkan awal pertemuannya dengan sang pramugari.
Rupanya, benih-benih cinta di antara mereka mulai tumbuh ketika keduanya berfoto bersama.
Kemudian komunikasi berlanjut melalui telepon.
"Ya nonton-nonton biasa, foto-foto eh minta nomer telepon, langsung pacaran," kata pak Tarno.
Pria kelahiran Losari, 6 September 1950 itu mengaku tidak tega bila harus menolak cinta dari istri barunya itu.
Ia juga takut dosa bila menolak cintanya.
"Saya orangnya kasihan, enggak tegaan, kalau dia demen sama saya (suka), saya enggak mau kan namanya nolak, nolak kan dosa," jelasnya.
Pak Tarno menyebut bahwa pernikahannya dengan sang istri adalah sebuah takdir.
"Itu jodoh kan Allah yang ngasih," ujarnya.
Adapun untuk memutuskan menikah, Pak Tarno membutuhkan waktu sekitar satu tahun sebelum memperistri pramugari cantik itu.