"Tim dari BPBD Pemkab Blitar sempat mencoba turun, namun gagal. Sebab, saat turun dengan kedalaman sekitar 35 meter, ia sudah memberikan isyarat dengan menarik tali tampar. Itu tandanya, dia tak kuat karena tak bisa bernafas. Baru setelah tim Basarnas dari Trenggalek datang, jasad korban bisa dievakuasi," jelas Nanang.
Dengan berbekal tabung oksigen, akhirnya seorang petugas berani turun ke dasar sumur untuk mengangkat jasad korban.
Karena kesulitan tersebut, evakuasi jasad korban bahkan memakan waktu hingga 7 jam.
Kepala Desa Rejoso, Wawan Aprilianto mengungkapkan bahwa korban selama ini menderita darah tinggi atau hipertensi.
Namun, penyakitnya itu tak kunjung sembuh.
Hanya sembuh sebentar, tetapi kemudian akan kambuh terus menerus.
Karena itu lah, korban diduga merasa putus asa.
Bahkan, korban pernah bilang kepada suaminya bila dirinya sudah pasrah dan siap untuk dipanggil Tuhan kapan pun.
"Katanya, daripada merepotkan keluarganya, ia lebih baik mati saja. Itu berkali-kali ngomong ke suaminya," jelas Wawan.