Sosok.id - Seorang remaja ditemukan telah tewas mengenaskan di depan komputer kesayangannya.
Jasad Piyawat Harikun (17) ditemukan telah tergeletak di dekat meja yang berada di samping tempat tidurnya.
Remaja yang tinggal di Udon Thani, Tahiland itu diketahui memang seorang pecandu game online.
Diketahui bahwa Piyawat yang tengah menikmati libur semester sejak akhir Oktober lalu selalu menghabiskan waktunya untuk bermain game.
Hampir setiap waktu selama liburan, Piyawat terpaku pada komputernya untuk bermain game pertempuran.
Malansir dari The Sun pada Selasa (5/11/2019), orang tua Piyawat mengatakan bahwa putranya akan begadang semalaman.
Kemudian, ia akan bangun dari tidurnya pada siang hari dan melanjutkan aktivitasnya, bermain game di komputer.
Sementara untuk makan, orang tua lah yang akan membawa makanan ke kamar Piyawat dan akan mendesaknya untuk berhenti bermain game.
Baca Juga: Keseringan Main Game Online di Tempat Gelap, Seorang Wanita Terancam Kehilangan Penglihatan
Tetapi, Piyawat akan menolak untuk berhenti dengan obsesinya itu.
Ayahnya, Jaranwit pergi ke kamar Piyawat pada Senin (4/11/2019) sore untuk mengecek keadaan putranya.
Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati putranya sudah tak sadarkan diri di dekat kursi komputer dan badannya menimpa CPU di lantai.
Ada setumpuk kotak tempat makanan di meja dan sebotol minuman bersoda di kakinya.
Baca Juga: Kisah Cinta Irma dan Azmil, Bertemu Akibat Game Online Hingga Mahar Pernikahan PS 4
Sementara Headphone-nya tergeletak di atas CPU lainnya.
Jaranwit yang berprofesi sebagai perwira angkatan udara itu mengatakan bahwa ia telah berusaha untuk menyelamatkan putranya.
Namun, usahanya sia-sia karena sudah terlambat.
"Saya memanggil namanya dan berkata 'bangun, bangun'tetapi dia tidak menanggapi. Saya bisa melihat dia sudah mati,"ujarnya, seperti dikutip dari The Sun.
Petugas medis yang memeriksa jasad Piyawat mengatakan bahwa remaja itu meninggal karena stroke.
Menurut keyakinan mereka, hal itu disebabkan oleh kebiasaan Piyawat yang bermain game terus menerus sepanjang malam.
Jaranwit sendiri mengakui bahwa putranya memang seorang pecandu game.
Ia juga memberikan peringatan pada orang tua lain agar tidak membiarkan anak-anak mereka menjadi kecanduan game.
"Anak saya cerdas dan selalu berhasil di sekolah, tetapi dia memiliki masalah besar dengan kecanduan game," ujarnya.
"Saya mencoba memperingatkannya tentang panjangnya waktu ia bermain game dan dia berjanji akan menguranginya, tetapi sudah terlambat.
Dia sudah meninggal sebelum dia memiliki kesempatan untuk berubah," sesalnya.
Lebih lanjut, Jaranwit kembali mengingatkan para orang tua di luar sana agar mengambil hikmah dari kematian putranya.
"Saya ingin kematian anak saya menjadi contoh dan peringatan bagi para orang tua yang anaknya kecanduan game," terangnya.
"Mereka harus lebih ketat mengatur jam-jam untuk anak mereka bermain game kalau tidak mau mereka berakhir seperti anakku," tegasnya.
Pada tahun 2018, Organisasi Kesehatan Dunia secara resmi mengakui kecanduan game sebagai sebuah penyakit.
Dengan ditetapkannya hal itu berarti para gamer yang memiliki masalah dengan kecanduan game dapat meminta bantuan secara resmi untuk emmerangi masalah tersebut.
Baca Juga: Ketulusan Cinta, Pria Ini Nikahi Kekasihnya yang Lumpuh Setelah Kenalan Lewat Game Online
(*)