Sosok.ID - Namanya Desa lazim dihuni oleh penduduk atau setidaknya terdapat beberapa orang yang tinggal di sana.
Namun berbeda dengan desa yang satu ini, bahkan warga desa tersebut berbondong-bondong pergi meninggalkan rumah dan mencari kediaman lain diluar kampung.
Nama desa tersebut adalah Desa Alurjambu, di Kecamatan Bandarpusaka, Aceh Tamiang, NAD.
Kampung ini telah menjadi buah bibir bagi warga sekitar desa bahkan warga di kota tersebut.
Perbincangan dari mulut ke mulut tersebut karena ada kisah mistis yang tersimpan bersamaan dengan ditinggalnya desa tersebut oleh penduduknya.
Sudah sejak beberapa tahun terkahir desa ini telah ditelantarkan oleh warga yang mendiaminya.
Dilansir dari Serambinews.com, banyak warga yang sempat tinggal di desa tersebut mengaku mengalami kisah mistis saat berada di sana.
Bahkan, pada Kamis (31/10/19) saat disambangi oleh wartawan Serambinews.com, desa Alurjambu sudah tak ada penghuninya sama sekali.
Oleh sebab itu, kampung Perkebunan Alurjambu tersebut terliha seperti tempat yang menyeramkan untuk ditinggali.
Tampak rumah-rumah warga dan juga mes karyawan perkebunan sudah terbengkalai tak terurus.
Hingga sebagian konstruksi bangunannya sudah diselimuti semak belukar yang tinggi menjulang.
Ternyata Kampung Perkebunan Alurjambu di Kecamatan Bandarpusaka, Aceh Tamiang tersebut sudah pernah diusulkan untuk dihapus dari data pemerintah daerah pada 2014 lalu.
Usulan tersebut dilontarkan oleh Camat Bandarpusaka ketika itu, Abdul Manan Mengaku menemukan sejumlah keganjilan.
Melansir dari Serambinews.com, Camat tersebut mengaku bahwa di sana adalah kampung yang unik, ada namanya namun tak ada penghuninya.
"Itu kampung (desa) unik, karena penduduknya tidak ada di wilayah itu," kata Manan kepada Serambinews.com baru-baru ini.
Namun sampai masa jabatan sebagai Camat Bandarpusaka selesai pada Desember 2014, kampung tersebut belum rampung dibereskan atau dengan kata lain tak jadi dihapuskan.
Sempat Camat yang telah purna jabatan tersebut memanggil kepala kampung Alurjambu untuk menceritakan letak keberadaan desa.
Saat bertemu dengan Datok Penghulu Perkebunan Alurjambu, yang bersangkutan kesulitan merincikan letak dan posisi kampung yang berada di areal HGU tersebut.
"Saya minta datoknya menggambarkan peta kampung, dia tidak tahu. Saya melihat ada yang salah secara administrasi, makanya saya usulkan untuk dihapus," tegasnya, dikutip dari Serambinews.com.
Oleh sebab itu usulan untuk menghapus nama kampung Alurjambu dikemukakan oleh Manan saat menjabat sebagai Camat.
Manan mengatakan sebenarnya ada dua opsi untuk mengatasi keganjilan di kampung ini.
Selain usulan penghapusan, dia juga sempat berpikir untuk memperluas areal Kampung Perkebunan Alurjambu hingga ke sebagian wilayah Kampung Blangkandis.
Menurutnya Kampung Blangkandis yang menjadi tetangga Perkebunan Alurjambu memiliki populasi padat.
"Ada satu dusun di Blangkandis yang padat, rencananya mau dimasukkan ke wilayah Perkebunan Alurjambu," ujarnya, dikutip dariSerambinews.com.
Selepas dirinya tidak lagi menjadi camat, Manan mengaku tidak tahu perkembangan di dalam kampung itu.
Hingga saat ini kampung tersebut tetap eksis walau tak ada penghuninya yang tinggal di sana.
Tak sampai disitu, Kampung Perkebunan Alurjambu menjadi sorotan karena tetap menerima alokasi Dana Desa (DD).
Inspektur Kabupaten Aceh Tamiang, Asra sebelumnya mengatakan kasus ini sedang diproses di Kejari Aceh Tamiang, sehingga dia belum mau memberikan keterangan rinci.
Sedangkan sebab desa tersebut ditinggalkan oleh penduduknya karena dianggap sebagai wilayah yang mistis.
Melansir dari Serambinews.com, seorang pria bernama Udin mengatakan pernah tinggal di Perkebunan Alurjambu dan menjadi penduduk desa tersebut.
Dia mengatakan bahwa keanehan demi keanehan dialami oleh warga kampung hampir setiap hari.
Warga desa mengaku ada mahkluk astral penghuni desa yang selalu mengganggu orang yang tinggal di sana.
Bahkan Udin mengaku bahwa warga sering sekali terkena penyakit yang tak tahu asalnya dari mana hingga membuat warga ramai-ramai untuk tinggalkan desa Alurjambu tersebut.
"Gak ada yang betah (tinggal) karena diserang kejadian-kejadian aneh. (Warga) sering sakit," kata Udin, dikutip dariSerambinews.com. (*)