"Ya, sebenarnya itu yang saya panggil minggu lalu. Saya tidak umumkan karena memang itu review internal.
Ini ada problem sistem, yaitu sistem digital, tetapi tidak smart,” ujar Anies Baswedan saat ditemui di Balai Kota, Rabu (30/10/2019).
Anies mengatakan, sistem penginputan itu seharusnya bisa dilakukan dengan smart system.
Dengan sistem itu, akan terlacak anggaran-anggaran yang penginputannya salah.
Menurut Anies, smart system yang digunakan dalam proses penganggaran harusnya memiliki berbagai algoritma tertentu yang bisa mendeteksi anggaran yang janggal.
Namun kenyataannya di lapangan, sistem e-budgeting yang digunakan masih mengandalkan pengecekan manual.
“Ini sistem digital, tetapi masih mengandalkan manual (pengecekannya).
Begitu ada masalah, langsung nyala. Red light. Begitu ada angka yang tidak masuk akal, langsung muncul warning.
Kan bisa tahu. Itu tinggal dibuat algoritma saja, itemnya itu jenisnya Aibon, harganya Rp 82 miliar, sebenarnya harganya kan enggak semahal itu. Harusnya ditolak itu sama sistem," jelas mantan Mendikbud tersebut seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, Kamis (31/10/2019).