Sosok.ID - Sejak resmi dilantik jadi menteri kesehatan, nama dokter Terawan langsung ramai diberitakan media di mana-mana.
Pasalnya, belum sehari menjabat jadi menkes, dokter Terawan sudah dapat penolakan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Terkait penolakan IDI terhadap pelantikannya sebagai menteri kesehatan, dokter Terawan nyatanya tak mau ambil pusing.
Begitu juga Presiden Jokowi yang baru saja melantik menteri-menterinya pada Rabu (23/10/2019) di depan Istana Merdeka.
Siapa sih yang tak kenal dengan sosok dokter Terawan?
Ya, di balik sosoknya yang kini dikenal sebagai Menkes, dokter Terawan bukanlah sosok yang sembarangan.
Sosok dokter Terawan ini dikenal dengan sepak terjangnya yang cemerlang di dunia medis.
Sebelum menjabat posisi Menkes, dokter Terawan adalah dokter yang sempat menjadi sorotan publik lantaran pernah mendapat perintah langsung dari Presiden Jokowi untuk menangani Alm Ani Yudhoyono saat berjuang mengidap kanker darah.
Dilansir Sosok.ID dari Grid.ID, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat itu langsung menugaskan dokter Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Mayor Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad (K) RI untuk menangangi langsung (Alm) Ani Yudhoyono.
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto bahkan adalah salah satu pasien langganan dokter Terawan.
Di balik sosoknya yang kerap dipercaya menangani berbagai masalah kesehatan para pejabat negara, rupanya dokter Terawan ini punya catatan buruk dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Melansir Majalah Intisari, pada tahun 2008, dokter Terawan pernah dipecat atau diberhentikan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait metode terapi 'cuci otak' yang tengah ia kembangkan.
Baca Juga: Isi Truk Kontainer Ini Gemparkan Publik, Polisi Sampai Begidik Mengetahuinya
Terapi 'cuci otak' dengan Digital Substracion Angiography (DSA) yang ia kembangkan diklaim bisa menghilangkan penyumbatan di otak yang menjadi penyebab stroke.
Namun, metode 'cuci otak' yang dikenalkan Terawan ini rupanya menuai pro kontra lantaran dianggap memiliki resiko yang begitu tinggi dan belum teruji klinis.
Imbasnya, IDI sempat memberikan sanksi kepada dokter Terawan yaitu berupa pemecatan dari keanggotaan selama 12 bulan.
Dikutip Sosok.ID dari Tribunnews, Keputusan IDI tersebut diambil setelah sidang Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI yang menilai Dokter Terawan melakukan pelanggaran etika kedokteran.
Baca Juga: Miris! Hanya Ingin Berfoto Bersama Keluarga, Suami Ini 'Panggil' Arwah Istrinya dari Alam Baka
Bahkan sanksi pemecatan dari IDI ini sampai berimbas pada pelantikannya sebagai Menkes.
Dilansir Sosok.ID dari Tribun Kesehatan, pengangkatan dokter Terawan sebagai Menkes ini sempat ditolak dan tak disetujui oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
MKEK bahkan sempat mengirim surat penonalakan kepada Presiden Jokowi 3 minggu sebelum pelantikan resmi menteri Kabinet Indonesia Maju.
Kendati sempat mendapat penolakan dirinya menjadi Menkes, dokter Terawan tetap maju sebagai salah satu menteri kabinet kerja jilid II periode 2019-2024.
Menurut dokter Terawan penolakan MKEK IDI terhadap pelantikannya adalah hal yang wajar.
Terlebih lagi dirinya baru sehari menjabat sebagai Menkes.
Dokter Terawan bahkan menganggap penolakan ini adalah suatu tantangan yang menarik dalam pekerjaannya.
"Tidak masalah pengangkatan pasti diwarnai pro dan kontra. Apalagi jabatan politis.
Tantangan pasti selalu ada, justru itu yang menarik," tegas dokter Terawasn usai pelantikan di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Seolah setali tiga uang dengan menkesnya, Jokowi juga tak mau ambil pusing soal penolakan pelantikan menterinya ini.
Sebab Jokowi mengaku ia memiliki alasan tersendiri atas keputusannya melantik dokter Terawan sebagai Menkes.
Melansir Kompas.com, di mata Jokowi, sosok Terawan sangat memenuhi kriteria sebagai Menteri Kesehatan terlepas konfliknya dengan IDI.
Saya lihat dokter Terawan dalam mengelola RSPAD memiliki kemampuan itu.
Beliau juga ketua dokter militer dunia. Artinya pengalaman track record tidak diragukan," kata Jokowi dalam dialog bersama awak media di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Selain berpengalaman dalam manajemen, Terawan dinilai mampu menangani bencana endemik.
Jokowi menilai dokter Terawan juga memiliki orientasi preventif yang begitu baik.
"Itu yang dititikberatkan. Artinya berkaitan dengan pola hidup sehat, pola makan sehat, bukan titik berat pada mengurusi yang sakit. Jadi membuat rakyat kita sehat," pungkas Jokowi.
(*)