Follow Us

Rawat Anak dan Ibunya yang Lumpuh Tanpa Biaya, Wanita Ini Sampai Memelas ke Tetangga, Sekadar Beli Pembalut Saja Tak Mampu

Dwi Nur Mashitoh - Kamis, 17 Oktober 2019 | 12:45
Suyati bersama anaknya Rini (45) yang menderita lumpuh. Selama 45 tahun kegiatan anaknya hanya berbaring di kamar dan menonton televisi, Rabu (16/10/2019).
KOMPAS.COM/SUKOCO

Suyati bersama anaknya Rini (45) yang menderita lumpuh. Selama 45 tahun kegiatan anaknya hanya berbaring di kamar dan menonton televisi, Rabu (16/10/2019).

Sosok.ID - Setiap hari, Suyati harus wira-wiri dari rumah ibunya dan juga rumahnya sendiri.

Walaupun tidak jauh, tapi keadaan itu cukup merepotkan sebab dua rumah itu masing-masing dihuni oleh ibu dan anaknya yang menderita kelumpuhan.

Warga Desa Kedung Putri, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur itu harus mengurus ibunya, Mbah Jamini (85).

Di rumah yang berukuran 4x6 meter persegi yang terbuat dari kayu dan bambu, Suyati membawakan semangkuk mie instan dan nasi untuk Mbah Jamnini.

Dilansir dari Kompas.com, ruang sempit itu hanya diisi dengan kasur lusuh dan sebuah bangku tua.

Baca Juga: Kisah Satrio, Rancang Sendiri Pesta Pernikahan Bertema Sederhana Namun Mewah, Modal Tak Sampai Rp 1 Juta, Hingga Cincin Kawin dari Luar Angkasa

Di lantai semen yang sudah retak-retak itu terlihat Mbah Jamini tengah terduduk dan meraba-raba mangkuk yang diberikan oleh Suyati.

“Ibu ini sudah lumpuh dan penglihatannya sudah memburuk. Dia tidak bia membedakan malam sama siang,” ujar Suyati, seperti dikutip dari Kompas.com pada Rabu (16/10/2019).

Usai memberi makan ibunya, wanita 60 tahun itu bergegas ke rumah sederhana yang keadaannya tak jauh berbeda dengan rumah Mbah Jamini.

Di rumah itu, ia tinggal bersama dengan putrinya, Rini Setyo Utami (45) yang juga mengalami kelumpuhan.

Walaupun tak bisa berjalan, namun Rini bisa mandi sendiri.

Baca Juga: Muak Lihat sang Ibu Sakit-sakitan Hingga Nekat Menjualnya ke Facebook Cuma Rp 10 Ribu, Gadis di Blitar ini Jadi Buronan Polisi

“Meski lumpuh tapi Rini bisa mandi sendiri. Untuk ke kamar mandi ya ngesot,” ujar Suyati.

Meskipun sama-sama menderita kelumpuhan, Mbah Jamini menolak untuk dirawat bersama cucunya.

Bila dipaksa ditempatkan satu atap dengan Rini, Mbah Jamnini akan merangkak ke rumah yang terletak di belakang.

Demam tinggi

Diceritakan oleh Suyati penyebab kelumpuhan yang dialami oleh anaknya itu.

Baca Juga: Seorang Pria Nekat Gantung Diri di Tempat Kerjanya Usai dapat Chat dari Istri, Isi Pesannya Bikin Hati Teriris

Semula, Rini terlahir dengan keadaan normal layaknya anak lain.

Tetapi, saat berusia satu bulan, Rini mengalami demam yang sangat tinggi.

Karena jarak dari kediaman Suyati menuju rumah sakit tak memungkinkan untuk ditempuh, akhirnya Rini hanya diperiksakan ke mantri.

Demam yang dialami Rini tak kunjung mereda walaupun sudah disuntik.

Bahkan, pertumbuhan Rini jadi semakin terhambat.

Baca Juga: 39 Tahun Setia Ziarah ke Makam Nenek, Saat Dibongkar Pria Ini Kaget Bukan Main Saat Lihat Isinya : Saya Bisa Gila!

Sejak saat itulah, tubuh rini seolah tak memiliki tulang untuk menyangga tubuhnya.

Walaupun demikian, Suyati tetap setia merawat anaknya hingga dewasa.

“Sehari harinya ya hanya nonton tv di kamar," ujar Suyati.

Tak bisa berbuat banyak karena keadaannya, Rini rupanya cukup memahami kondisi perekonomian ibunya yang menjanda.

Rini tak pernah minta hal yang aneh-aneh pada Suyati.

Baca Juga: Diseret Paksa Polisi dan Calon Mertua Keluar, Pengantin Wanita Ini Histeris Saat Kepergok Ngaku Janda Nyatanya Punya Suami Sah

Walaupun terlihat dari bahasa tubuhnya yang ditunjukkan dengan rintihan, Rini memiliki beberapa permintaan.

“Untuk pembalut aja saya tidak bisa belikan. Jadi ya begitu saja, kalau ada kotor dicuci,” ucapnya.

Mengharap belas kasih tetangga

Merawat dua orang lumpuh sekaligus sudah sangat merepotkan bagi Suyati apalagi bila ditambah bekerja.

Dulu, sebelum sakit pinggang, Suyati bekerja serabutan menjadi buruh tani.

Baca Juga: Tak Kelihatan Selama 2 Minggu, Seorang Debt Collector Ditemukan Tak Bernyawa di Tepi Tebing, Kondisi Jasadnya Mengenaskan

Kini, ia hanya bisa mengharap belas kasih kakak Rini yang sudah menikah dan bantuan dari tetangga untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

“Karena pikun, ibu kadang minta makan sampai tujuh kali. Kalau tidak dikasih teriak-teriak,” ujar dia.

Walaupun keadaan Suyati benar-benar memprihatinkan, namun ia tak pernah mendapat bantuan beras miskin dari pemerintah.

Bahkan bantuan untuk anak-anak penyandang disabilitas dari Dinas Sosial Ngawi malah dihentikan sejak dua tahun lalu.

“Saya tidak tahu kenapa kami tidak dapat, justru orang yang rumahnya bagus yang dapat. Saya pernah dipanggil ke kantor, tapi katanya nama saya tidak ada,” kata Suyati.

Baca Juga: Tak Kelihatan Selama 2 Minggu, Seorang Debt Collector Ditemukan Tak Bernyawa di Tepi Tebing, Kondisi Jasadnya Mengenaskan

Kini Suyati hanya bisa pasrah menerima keadaannya yang demikian.

Ia hanya berharap senantiasa diberi kesehatan agar dapat merawat ibu dan anak yang snagat ia cintai itu.

(*)

Source : Kompas.com

Editor : Tata Lugas Nastiti

Baca Lainnya

Latest