Kini, ia hanya bisa mengharap belas kasih kakak Rini yang sudah menikah dan bantuan dari tetangga untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
“Karena pikun, ibu kadang minta makan sampai tujuh kali. Kalau tidak dikasih teriak-teriak,” ujar dia.
Walaupun keadaan Suyati benar-benar memprihatinkan, namun ia tak pernah mendapat bantuan beras miskin dari pemerintah.
Bahkan bantuan untuk anak-anak penyandang disabilitas dari Dinas Sosial Ngawi malah dihentikan sejak dua tahun lalu.
“Saya tidak tahu kenapa kami tidak dapat, justru orang yang rumahnya bagus yang dapat. Saya pernah dipanggil ke kantor, tapi katanya nama saya tidak ada,” kata Suyati.
Kini Suyati hanya bisa pasrah menerima keadaannya yang demikian.
Ia hanya berharap senantiasa diberi kesehatan agar dapat merawat ibu dan anak yang snagat ia cintai itu.
(*)