Follow Us

Mengenal Desa Tanpa Rahim, Ditempat Ini Wanita Dilarang Menstruasi Jika Tak Ingin Kehilangan Pekerjaan

Seto Ajinugroho - Rabu, 16 Oktober 2019 | 17:17
Mengenal Desa Tanpa Rahim, Ditempat Ini Wanita Dilarang Menstruasi Jika Tak Ingin Kehilangan Pekerjaan
The Daily Beast

Mengenal Desa Tanpa Rahim, Ditempat Ini Wanita Dilarang Menstruasi Jika Tak Ingin Kehilangan Pekerjaan

Bahkan, ,masih menurut laporan BBC, setengah populasi perempuan di desa Vanjarwadi, sudah melakukan histerektomi.

Karena sebagian besar menikah muda–sudah memiliki dua hingga tiga anak saat berusia 20-an–dan karena dokter tidak memberi tahu tentang masalah yang akan mereka hadapi jika mereka menjalani histerektomi, akhirnya banyak wanita yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk menyingkirkan rahim mereka.

Desa tersebut pun sering disebut sebagai "desa wanita tanpa rahim".

Namun, sebenarnya, intervensi bedah yang tidak perlu ini cukup berbahaya. Diketahui bahwa itu telah menyebabkan komplikasi parah, nyeri otot dan sendi, rasa pusing yang konstan, hingga pembengkakan ekstrem, pada perempuan-perempuan India.

Stigma menstruasi

Selain pengangkatan rahim, laporan dari Reuters juga menunjukkan bahwa banyak perempuan India yang bekerja di industri garmen di Tamik Nadu, sering diberi obat-obatan di tempat kerja ketika mereka mengeluhkan tentang nyeri haid. Bukannya, diperbolehkan beristirahat ketika sakit menstruasi datang, para wanita pekerja ini justru dicekoki dengan obat tak berlabel.

Baca Juga: Keji, Orangtua Kubur Bayinya Hidup-hidup di Dalam Pot Bunga

Seratus wanita diwawancara oleh Thompson Reuter terkait masalah tersebut–kebanyakan berusia 15-25 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa obat-obatan yang diberikan perusahaan tadi menyebabkan beberapa efek samping mual dan muntah. Itu juga memberikan efek jangka panjang seperti siklus menstruasi yang tidak menentu, depresi, hingga sulit hamil.

Stigma mengenai menstruasi memang menjadi hal umum di India–berkaitan dengan mitos dan nilai-nilai adat di negara tersebut. Meskipun para aktivis sudah menantang masalah ini, tetapi stigma masih berkembang luas.

Tidak hanya di India, beberapa negara maju pun kesulitan memahami isu menstruasi. Studi terbaru dari British Medical Journal yang dilakukan pada 33 ribu perempuan di Belanda, mengungkapkan bahwa mereka rata-rata kehilangan produktivitas selama 8,5 hari akibat nyeri dan gejala menstruasi lainnya.

Meski begitu, hanya 14% wanita yang mengaku mengambil izin dari sekolah atau pekerjaan. Dan sayangnya, ketika mereka meminta cuti, hanya 21% perusahaan yang memberikan mereka waktu istirahat dengan alasan sakit.

Sekitar setengah dari populasi global mengalami menstruasi pada titik tertentu dalam hidup mereka. Saatnya kita mematahkan tabu dan mulai menerimanya. (Gita)

Source : national geographic

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest