Mien Sugandhi pun menjawab apa yang dikatakan oleh Bu Tien dengan nada heran.
"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" ujarnya.
"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Bu Tien.
Permintaan dari Ibu Tien tersebut lantas disampaikan kepada petinggi Golkar kala itu sebagai sebuah pesan dari seorang ibu negara.
Namun apa yang telah disampaikan Mien Sugandhi ditanggapi dengan santai dan justru pimpinan Golkar tetap mengusung Soeharto sebagai Presiden RI.
Golkar tetap menginginkan "The Smiling General" menjadi kepala negara sekali lagi setelah sekian puluh tahun bersama anak-anaknya dari lahir hingga tumbuh besar.
Dua tahun kemudian, pesan dan ketakutan Ibu Tien tersebut menjadi kenyataan dan bahkan terlihat parah.
Sesaat setelah dilantik menjadi presiden pada 28 Maret 2998, tak sampai hitungan tahun ramalan Ibu Tien itu benar terjadi.
tiga bulan paska dilantik, rakyat Indonesia bergejolak hingga terjadilah gerakan reformasi yang melengserkan Bapak Pembangunan sebagai presiden.