Sosok.ID - Banyaknya isu yang beredar mengenai hal-hal negatif yang sedang terjadi di pemerintahan saat ini membuat pencapaian-pencapaian mentereng dari pemerintahan Jokowi di akhir jabatan ini jadi tak tersorot.
Pencapaian hebat demi pencapaian hebat sebenarnya telah mampu di raih oleh Indonesia di periode pertama Jokowi jadi presiden ini.
Namun, diakhir jabatan periode petama ini, seperti tertutup kabut tebal mengenai pencapaian apa yang telah diraih.
Baru-baru ini sebuah pencapaian yang telah lama tak dapat diraih Indonesia saat-saat ini telah dapat dicapai kembali.
Kementerian Pertanian ( Kementan) mencatat, produksi beras Indonesia dalam kurun waktu 2015-2019 berhasil menghasilkan stok di Bulog sebanyak 2,5 juta ton.
Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai kondisi stok beras tersebut membuktikan mimpi pemerintahan Jokowi-JK untuk mewujudkan swasembada beras menjadi kenyataan.
Perbandingannya adalah pada 1984 Indonesia berhasil swasembada dengan jumlah penduduk 162 juta, padahal terdapat impor sekitar 414.000 ton.
Definisi swasembada oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada waktu itu disebut swasembada bila mampu mencukupi sendiri dan impor maksimum 10 persen.
Sedangkan, pada 2019 dengan jumlah penduduk 267 juta jiwa yang membutuhkan pasokan 2,5 juta ton beras per bulan atau 29,5 juta ton per tahun tercukupi beras dari produksi petani dan kini stok beras di Bulog ada 2,5 juta ton.
"Artinya saat ini pun Indonesia berhasil meraih swasembada beras," ujar pria yang akrab disapa Hensat melalui rilis tertulis, Senin (30/9/2019).
Hensat menegaskan keberhasilan pemerintahan Jokowi-JK mewujudkan swasembada beras ini tentu menjadi sejarah baru.
Pasalnya, pada 2015 Indonesia dihadapkan pada kondisi El Nino sehingga terjadi impor beras 1,5 juta ton yang sebagian meluncur masuk Indonesia hingga awal 2016.
Baca Juga: Niatnya Liburan Santai Sambil Menghibur Diri, Kakek 60 Tahun Ini Malah Tewas Saat Nonton Video Panas
Namun, melalui kebijakan dan program strategis Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, pada 2016-2017 tidak ada impor beras umum.
"Pada 2018, impor beras hanya untuk jaga-jaga karena 2019 ada hajatan politik yakni Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif," tegasnya.
Lebih lanjut, Hensat menjelaskan berbagai program antisipasi dini dan mitigasi, Kementan berhasil melewati dampak El Nino atau kekeringan terbesar 2015 tersebut.
Program tersebut seperti rehabilitasi jaringan irigasi besar-besaran, pompanisasi, sumur dangkal, mekanisasi, dan benih tahan kekeringan.
"Bila dibandingkan dengan El Nino 1997-1998, di mana saat itu penduduk Indonesia 203 juta jiwa terjadi impor 12 juta ton beras, maka bila tidak ada program yang masif di 2015 jumlah penduduk 258 juta jiwa akan impor 16 juta ton beras," terangnya.
Oleh karena itu, Hensat menilai infrastruktur dasar pertanian yang telah dibangun 2015-2019 menjadi pondasi guna estafet pembangunan berikutnya.
Bahkan, Kementan kini tengah fokus mengimplementasikan pertanian dengan teknologi 4.0.
"Ini tentu bukti kebijakan politik sektor pertanian yang bisa merubah pertanian ke depan semakin maju dan berdaya saing," ujarnya. (*)
( Alek Kurniawan )
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berhasil Swasembada Beras, Sejarah Baru pada Kepemimpinan Jokowi-JK"