Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bersahabat dengan Habibie dari SMA Hingga Jadi Pelindung Saat di Jerman, Sayang Terpisah Gegara Isu G30S/PKI

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Rabu, 18 September 2019 | 14:45
Sosok Sahabat Habibie, Dari SMA Hingga Jadi Pelindung Saat di Jerman, Sayang Terpisah Gegara Isu G30S/PKI
Istimewa/ Buku Rudy, Kisah Muda yang Visioner

Sosok Sahabat Habibie, Dari SMA Hingga Jadi Pelindung Saat di Jerman, Sayang Terpisah Gegara Isu G30S/PKI

Sosok.ID - Saat menonton film Rudy (Habibie & Ainun 2), ada sebuah tokoh yang diperankan oleh aktor Ernest Prakasa.

Siapakah sosok tersebut hingga harus diperankan oleh seorang aktor keturunan tionghoa dan bukan menggunakan pemain figuran?

Ya, memang benar, tokoh yang diperankah oleh Ernest tersebut adalah salah satu orang yang sangat berperan di kehidupan Habibie hingga dapat sukses sampai akhir hayatnya.

Ia bahkan adalah sahabat dekat Mister Crack, sebutan untuk Habibie sejak mereka berdua masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung.

Baca Juga: Punya Antrean Pasien Bludak Sampai Tahun 2020, Ningsih Tinampi Ngaku Jadi Sakti Gegara Suami Main Serong

Lim Keng Kie, sejatinya adalah sahabat Habibie yang terdekat dengannya saat masih menimba pendidikan baik di Indonesia maupun di Jerman.

Lim berusia lebih tua dibanding Habibie.

Persahabatan mereka sudah dimulai sejak bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung.

Lim merupakan keturunan Tionghoa, namun ia sempat mengganti namanya menjadi Kim Leheru.

Sahabat Habibie tersebut lebih fasih berbahasa Sunda ketimbang berbahasa Mandarin, sebab memang ia lahir dan besar di tanah Pasundan Jawa Barat.

Ia adalah orang asli Kuningan, Jawa Barat.

Bahkan logat asli Sunda dari Lim sangatlah kental menurut Habibie saat menceritakan sosok kawannya tersebut dalam buku berjudul "Rudy, Kisah Muda yang Visioner 2015".

Kisah persahabatan keduanya bermula dari masa putih abu-abu dan berlanjut di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (saat ini bernama Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.

Baca Juga: Beralaskan Daun Sawit, Personel TNI Tetap Khusyuk Jalankan Ibadah di Tengah Tugas Memadamkan Kebakaran Hutan

Lim juga menjadi salah satu inspirasi Rudy, sapaan akrab Habibie untuk memberanikan diri menginjak tanah Jerman melanjutkan studinya.

Mereka berdua bersama-sama menimba ilmu di RWTH-Aachen Jerman setelah menyelesaikan studinya di Kota Kembang Bandung.

Rudy muda adalah orang yang keras kepala, namun sikap tersebut dapat diredam oleh sahabatnya tersebut.

Dalam buku "Rudy, Kisah Muda yang Visioner 2015", pernah suatu ketika saat Habibie yang terkadang mudah mengecap seseorang 'bodoh' di depan umum dinasihati oleh Lim untuk merubah sikap tersebut.

Lim beralasan bahwa hal tersebut dapat membuat seseorang yang dicap bodoh di muka umum memalukan bagi orang itu.

Habibie belajar di Jerman dengan biaya sendiri, bahkan ia harus memutar otak sembari menunggu kiriman dari Indonesia.

Saat-saat seperti itulah, Lim datang menjadi penyelamat dengan mengajak kawannya itu makan berdua dan ia traktir.

Lim sebenarnya juga bukan anak orang kaya, namun ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah kala itu hingga dapat meneruskan pendidikan di Jerman.

Baca Juga: Teriakkan Takbir Saat Tubuhnya Terbakar, Pria Tasikmalaya Sengaja Merokok dengan Tubuh Terguyur 20 L Pertamax

Dari uang beasiswa untuk hidup yang tak banyak itulah terkadang Habibie diajaknya untuk makan bersama sembari bercengkrama.

Kim Leheru lulus lebih dulu dari RWTH-Aachen dan kelak menjadi pendiri Fakultas Teknik Penerbangan di ITB Bandung.

Sayang seribu sayang, Kecintaannya pada Indonesia harus terganjal akibat suasana politik Indonesia kala itu.

Ia diharuskan keluar dari Indonesia lantaran sesaat setelah peristiwa G30S/PKI ia menjadi staf pengajar di Universitas Trisakti.

Kampus yang saat itu didanai Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki).

Baperki ini dituduh Orde Baru sebagai sayap organisasi yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia.

Saat itu Habibie tak bisa berbuat banyak untuk sahabatnya itu, sebab Habibie tengah bekerja di Jerman sembari melanjutkan studi S-2 nya di sana.

Namun Habibie sempat mencari cara agar sahabatnya tersebut selamat dari situasi politik yang sedang genting di Indonesia kala tahun 1965-an.

Baca Juga: Begini Bunyi Mengenai RUU KPK Dalam Hal Dewan Pengawas yang Menjadi Perdebatan

Salah satu kolega Lim di ITB, Mas Kamaludin telah ditangkap pemerintah dan di asingkan ke Pulau Buru.

Habibie menawarkan Lim kepada dua perusahaan di Jerman, salah satunya tempat dimana Habibie bekerja.

Tapi surat persetujuan untuk Lim Keng Kie dicoret pihak ITB dan itulah masa yang paling gelap dan menyedihkan.

Lim Keng Kie untuk menyelamatkan dirinya dan keluarga akhirnya memilih berimigrasi ke Amerika Serikat.

Singkat cerita, persahabatan mereka tetap terjalin walaupun berada di benua yang berbeda.

Dan saat Suharto lengser dari jabatan Presiden serta digantikan oleh Habibie kala menjabat menjadi Wakil Presiden, Rudy sempat menghubungi Lim Keng Kie.

Lim Keng Kie diundang secara resmi ke Istana Kepresidenan bersama sang istri, Hilda oleh Habibie.

Ia membujuk sahabat sekaligus pelindungnya saat bersekolah di Jerman tersebut untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Namun, Lim Keng Kie tak ingin mengganjal karier sahabatnya tersebut.

Tawaran kembali ke tanah yang ia cintai tersebut ditolaknya sebab khawatir akan menodai catatan bersih sang sahabat Baharuddin Jusuf Habibie.

Baca Juga: 8 Tahun Lalu Divonis Idap Kanker Hingga Lumpuh, Begini Kabar Terbaru Dian Piesesha yang Bikin Pangling!

(*)

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x