Kisah persahabatan keduanya bermula dari masa putih abu-abu dan berlanjut di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (saat ini bernama Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.
Lim juga menjadi salah satu inspirasi Rudy, sapaan akrab Habibie untuk memberanikan diri menginjak tanah Jerman melanjutkan studinya.
Mereka berdua bersama-sama menimba ilmu di RWTH-Aachen Jerman setelah menyelesaikan studinya di Kota Kembang Bandung.
Rudy muda adalah orang yang keras kepala, namun sikap tersebut dapat diredam oleh sahabatnya tersebut.
Dalam buku "Rudy, Kisah Muda yang Visioner 2015", pernah suatu ketika saat Habibie yang terkadang mudah mengecap seseorang 'bodoh' di depan umum dinasihati oleh Lim untuk merubah sikap tersebut.
Lim beralasan bahwa hal tersebut dapat membuat seseorang yang dicap bodoh di muka umum memalukan bagi orang itu.
Habibie belajar di Jerman dengan biaya sendiri, bahkan ia harus memutar otak sembari menunggu kiriman dari Indonesia.
Saat-saat seperti itulah, Lim datang menjadi penyelamat dengan mengajak kawannya itu makan berdua dan ia traktir.
Lim sebenarnya juga bukan anak orang kaya, namun ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah kala itu hingga dapat meneruskan pendidikan di Jerman.
Dari uang beasiswa untuk hidup yang tak banyak itulah terkadang Habibie diajaknya untuk makan bersama sembari bercengkrama.