Sosok.ID - Nama Baharuddin Jusuf Habibie lekat dengan masyarakat sebagai salah satu presiden dan juga tokoh intelektual.
Walaupun hanya berkiprah sebagai presiden ketiga Indonesia yang terbilang singkat, namun jasanya untuk kehidupan demokrasi di Indonesia tak boleh dilupakan.
Selepas menamatkan pendidikan di ITB, Habibie sedianya ingin memperdalam ilmu dalam studi penerbangan dan aeronautika di Universitas Teknologi Delft, Belanda.
Namun karena alasan politik, dia berpindah ke Aachen, Jerman, di mana dia memutuskan belajar di Universitas Aachen RWTH hingga mendapatkan gelar insinyur.
Baca Juga: Karya Jenius BJ Habibie, Temuannya Sampai Dipakai NASA untuk Penjelajahan Luar Angkasa
Ternyata ilmu berpolitik yang dimiliki oleh Habibie pertama kali ia dapatkan di perantauan kala itu.
Ketika seorang mantan Kanselir Jerman berpulang pada 10 November 2015 silam, Habibie sempat mengutarakan peran Helmus Schimdt dalam kehidupan politiknya.
Bahkan ia tak kan mengenal yang namanya kehidupan politik demokrasi apabila tak bertemu dengan sang guru tersebut.
"Helmut Schmidt bapak intelektual saya," kata Habibie kepada media Jerman seusai menghadiri upacara penghormatan pada 2015, seperti dikutip Deutsche Welle Rabu (11/9/2019).
Banyak pembelajaran politik yang didapat Rudy, sapaan Habibie, ketika ia berguru kepada Schimdt saat masih di Jerman.
Salah satu sumbangan dari Schimdt terhadap perpolitikan Indonesia adalah saat Habibie menyetujui UU Kebebasan Pers dan UU Pemilu yang baru kala ia menjabat menjadi Presiden.